TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan permohonan maaf atas kekerasan yang dilakukan pihak Belanda setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Hal ini disampaikan Raja Willem di hadapan Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kenegaraan di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).
"Di tahun-tahun setelah diumumkannya proklamasi, terjadi sebuah perpecahan yang menyakitkan dan mengakibatkan banyak korban jiwa," kata Raja Willem.
Sejarah mencatat, beberapa peristiwa kekerasan militer terjadi pasca-proklamasi. Pada 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947, Belanda melancarkan agresi militer di Jawa dan Sumatera.
Kemudian disusul Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 di Yogyakarta. Ada pula pembunuhan rakyat sipil di Sulawesi Selatan oleh pasukan Belanda pimpinan Raymond Pierre Paul Westerling.
• Italia Dikarantina, KBRI Roma Hentikan Sementara Layanan Konsuler
• Ramalan Zodiak Besok, Rabu 11 Maret 2020, Pisces Buka Pintu Rezeki, Gemini Jangan Terlalu Royal
• Sampah Kiriman Mulai Mengepung Pantai-pantai di Badung
Peristiwa berdarah pada periode Desember 1946 sampai Februari 1947 dikenal dengan sebutan Pembantaian Westerling.
"Senada dengan pernyataan Pemerintah Belanda sebelumnya, saya ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas kekerasan yang berlebihan dari pihak Belanda di tahun-tahun tersebut," kata Raja Willem.
Selain itu, Willem mengatakan, Pemerintah Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia secara politik dan moral sejak tahun 2005.
Pengakuan itu ditandai dengan kunjungan pertama Pemerintah Belanda dengan diwakili Menteri Luar Negeri Belanda saat itu, Bernard Bot.
"Pemerintah Belanda telah mengakui secara politik maupun moral sejak 15 tahun lalu. Kami mengucapkan selamat pada Indonesia yang merayakan 75 tahun kemerdekaan 17 Agustus nanti," ujarnya.
Raja Willem menyatakan sejarah masa lalu memang tak bisa dihapus dan harus diakui oleh generasi selanjutnya.
Ia juga menyadari bahwa luka dan kesedihan keluarga dari korban penjajahan masih terasa hingga saat ini.
Namun, menurut dia, kunjungan ini menjadi sebuah harapan dan tanda bahwa negara yang pernah berlawanan dapat tumbuh bersama.
"Membentuk hubungan baru berdasarkan rasa saling menghormati, kepercayaan, dan persahabatan," katanya.
Raja Willem meyakini bahwa ikatan antara Belanda dan Indonesia akan semakin kuat. Ia juga mengklaim, masih banyak pemuda dari Indonesia yang berminat mengenyam pendidikan di negeri kincir angin tersebut.