Akibat biaya pengiriman yang lebih tinggi, maka pihaknya juga memiliki daya beli yang rendah kepada para petani.
"Jadi perbandingannya hampir 50 persen," kata dia.
Selain biaya pengiriman yang lebih mahal, pengiriman menggunakan kapal laut juga bisa menurunkan kualitas produk.
Jika menggunakan kapal laut ,pengiriman manggis ke Tiongkok tentu memakan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan melalui pesawat.
"Jadi kalau kita pakai pesawat bisa lebih fresh sampi di China dan itu bisa dijual (dengan harga) lebih bagus," tuturnya.
Guna menjawab berbagai persoalan ini, pihaknya selaku asosiasi mengupayakan agar dalam pincak panen raya nanti sudah ada jalan keluar.
Pemerintah juga diminta olehnya untuk mencari pasar lain diluar Tiongkok.
"Ini sudah kita bahas dengan Kemenlu dan Kemendag untuk difasilitasi agar kita bisa but promosi, pameran ke sana. Kalau kita hanya monoton pada satu negara semata, kejadian seperti ini yang kita takuti," paparnya.
Adapun negara-negara yang rencananya disasar selain Tiongkok yakni Amerika, Australia dan negara-negara Timor Tengah.
Dari berbagai negara itu, Timor Tengah rasanya bisa menjadi salah satu solusi yang paling cepat untuk bisa digarap. Namun dengan volume yang masih rendah.
Hanya saja di negara-negara ini belum semua produk terdaftar karena tersendat regulasi pemerintah pusat.
Meski begitu, pihaknya meminta untuk Pemerintah Provinsi Bali untuk menyiapkan regulasi tersebut, mengingat buah-buah dari Bali sangat disukai oleh negara lain.
Selain manggis, buah yang sedang mencoba dipasarkan keluar negeri yakni salak, buah naga dan mangga arumanis. (*)