Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Ahli Virologi Universitas Udayana Bali mendorong Pemerintah Provinsi Bali untuk segera mengumumkan resmi penyebab kematian babi di Bali yang diperkirakan mencapai puluhan ribu.
Peneliti virus itu yakin bahwa secara klinis, epidemiologis, patologis, dan virologis, penyebabnya adalah Virus African Swine Fever (ASF).
Meskipun tidak memberikan dampak kesehatan kepada manusia, namun sangat membuat lesu gairah ekonomi peternak dan pedagang masakan babi.
“Dampak pada manusia secara kesehatan tidak ada, namun animo masyarakat makan babi sangat menurun, bukan tertular tapi takutnya yang dipotong babi sakit, ditilik dari etika kan tidak boleh makan itu, kerugian besar juga dirasakan peternak,” kata Ahli Virologi Unud, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika kepada Tribun Bali, Jumat (20/3/2020).
• Perketat Pengecekan Suhu Tubuh, Manajemen Bandara Ngurah Rai Akan Datangkan 12 Thermal Scanner
• Polisi China Minta Maaf Atas Hukuman yang Diberikan ke Dokter Li Wenliang, Publik Kecam Begini
• Ogoh-Ogoh Hilang Dicuri, STT Eka Dharma Suwitra Rampungkan Proyek “Bandung Bondowoso” Selama 3 Hari
Menurutnya, upaya itu juga sebagai jembatan untuk menyelamatkan para peternak agar tidak “mati” di tengah kondisi ini.
“Mereka (peternak-red) harus dijembatani, mereka membangun usaha peternakan babi ini juga mengunakan dana bank,” kata dia.
Dengan adanya identifikasi dan pernyataan daerah tertular dari Pemprov Bali kepada Kementerian Pertanian maka bisa menjadi jalan bagi peternak untuk mendapat penangguhan bunga atau denda dari bank penyedia Kredit Usaha Rakyat (KUR).
• Terminal Mengwi Sepi, Perusahaan Otobus Hanya Siapkan Satu Kendaraan Setiap Hari
• Terbukti Menguasai Hampir 3 Kg Sabu, Dua WN India Pikir-Pikir Dihukum 18 Tahun Penjara
• Ogoh-Ogoh Hilang Dicuri, STT Eka Dharma Suwitra Rampungkan Proyek “Bandung Bondowoso” Selama 3 Hari
“Penyakitnya harus dinyatakan resmi di Bali, untuk membantu peternak negosisasi bank penyedia kredit mengajukan permohonan penangguhan bunga dan denda, hanya membayar pokoknya misalkan seperti itu kan peternak tidak semakin merugi,” tuturnya.
Untuk saat ini, sebagai langkah pencegahan agar kematian babi tidak semakin merebak, pihaknya menyarankan kepada para peternak untuk membudidayakan biosecurity.
“Biosecurity ketat, harus menjadi budaya, kandang babi harus selalu bersih, nyamuk, lalat, tikus, kecoak, burung jangan sampai masuk, peternak juga disiplin masuk kandang, kondisi bersih,” jelas Prof. Mahardika.
• Kisah Menyentuh Hati Pejuang Corona di Indonesia, Dokter Ini Menangis & Berucap Kita Sudah Disumpah
• Data Terkini Virus Corona 20 Maret 2020: 178 Negara Terjangkit, 9.994 Orang Meninggal
Karena status Bali belum resmi tertular, pengujian prototipe vaksin ASF mesti dilakukan di Sumatra Utara.
Prof. Mahardika ditugaskan oleh Kementrian Pertanian bersama para peneliti Indonesia mengembangkan vaksin ASF yang uji cobanya dilakukan di Sumatra Utara.
"Uji coba sudah dimulai Rabu, 18 Maret 2020. Doakan sukses," pungkas Prof. Mahardika. (*)