Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Kadek Rika Riyanti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini, Rabu (22/4/2020) malam dan Kamis (23/4/2020) dini hari merupakan puncak terjadinya hujan meteor Lyrids.
Hal tersebut disampaikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melalui akun instagram resminya @lapan_ri.
Dilansir dari akun tersebut, Lyrids merupakan meteor biasa yang dapat menghasilkan sekitar 20 meteor/jam pada saat puncak.
“Lyrids diproduksi oleh partikel debu yang ditinggalkan oleh komet C/1861 G1 (Thatcher), yang ditemukan pada tahun 1861,” tulis pihak LAPAN pada postingannya.
• Cerita Fotografer dan Videografer di Bali yang Terpaksa Alih Profesi Akibat Terdampak Pandemi Corona
• Ini 4 Zodiak yang Paling Sering Membatalkan Rencana atau Janji, Apa Zodiakmu Diantaranya ?
• Usai Jalani Masa Karantina 14 Hari, Beberapa PMI Bingung Tidak Dapat Rapid Test
Menurut pihaknya, hujan meteor ini berlangsung setiap tahun mulai tanggal 16 sampai 15 April.
Puncak tahun ini terjadi pada malam hari tanggal 22 April dan pagi dini hari tanggal 23 April.
Meteor ini dapat menghasilkan jejak debu cerah yang bertahan selama beberapa detik.
“Bulan baru tanggal 23 April akan memberikan kondisi optimal untuk berburu hujan meteor Lyrids. Waktu terbaik untuk pengamatan mulai tengah malam sampai fajar,” imbuhnya.
Pihaknya menyampaikan, tampilan terbaik akan berasal dari lokasi yang gelap setelah tengah malam.
Radiant hujan meteor ini adalah konstelasi Lyra, tetapi dapat muncul dimana saja di langit.
Dikonfirmasi oleh Tribun Bali pada Rabu (22/4/2020) siang, koordinator Diseminasi Pusat Sains Antariksa LAPAN Bandung, Emanuel Sungging Mumpuni, menyebutkan fenomena ini akan tampak seperti bintang jatuh tetapi dalam jumlah yang banyak.
“Fenomenanya seperti bintang jatuh, tapi bisa banyak makanya disebut sebagai hujan meteor. Itu sebuah proses yang terjadi musiman karena Bumi mengitari Matahari sepanjang tahun, setiap saat selalu ada hujan meteor sepanjang tahun,” ujar Sungging.
Dirinya mengatakan, untuk menyaksikan fenomena hujan meteor itu tidak perlu menggunakan stetoskop.
“Iya, tanpa harus pakai teleskop bisa melihat, dan sepanjang dini hari bisa ada terus,” katanya.(*)