Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN_BALI.COM, DENPASAR – Ketua DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Bali, I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha, mengharapkan pemerintah bisa memberi subsidi atau stimulus pada member Putri Bali.
Khususnya pada atraksi wisata yang berbasis konservasi dan satwa.
Sebab dengan ditutupnya destinasi wisata, membuat pengusaha kian berat dalam menyediakan pakan bagi para satwa ini.
Apalagi ada beberapa satwa yang dilindungi.
• 126 Sampel Swab Warga Serokadan Bangli Dinyatakan Negatif Covid-19
• KSU Swadharma Desa Adat Sumerta Denpasar Bagikan 616 Paket Sembako Guna Ringankan Beban Krama
• Koster Perpanjang Status Tanggap Darurat Penanganan Covid-19 di Bali
“Member Putri Bali itu kan ada pengusaha destinasi pantai, air terjun. Lalu ada soft adventure, ada alam berbasis konservasi, dan lain sebagainya. Ini menjadi daya tarik turis ke Bali, dan kini sangat terdampak,” tegasnya kepada Tribun Bali, Jumat (1/5/2020).
Khusus untuk destinasi dengan atraksi wisata, ada yang patner dengan BKSDA seperti Taman Safari dan Bali Elephant Camp di Badung.
Ada pula yang memang secara alami telah dikelola desa adat seperti di Monkey Forest dan Sangeh.
“Atraksi wisata di Badung memiliki satwa gajah sampai 15 ekor, kemudian di Taro ada 32 ekor. Dengan staf dari 200-600 orang, bahkan ada yang 1,000an,” sebutnya.
Namun setelah pandemi COVID-19 menyerang hingga Bali, destinasi dan atraksi wisata ini tutup hingga 2 bulan sejak Maret-April 2020.
“Sejatinya bisnis sudah menurun dan tiarap sejak awal tahun 2020, jadi sudah hampir 4-5 bulan tidak ada pendapatan,” sebut wanita yang juga anggota dewan Badung ini.
Pemilik POD Cokelat yang juga pengusaha cokelat dan rafting ini, mengaku telah lama merugi.
“Tetapi kalau satwa kan kami harus tetap beri makan, apalagi satwa dilindungi,” tegasnya.
Ia tak menampik banyak pula karyawan yang telah dirumahkan, karena tak ada pemasukan.
Hanya 20 persen karyawan yang dipekerjakan saat ini. Jika hal ini berlangsung lama, ia khawatir krisis ekonomi akan berdampak kian buruk.
Saat ini, solusinya dengan mengurangi jumlah pakan tambahan satwa, seperti buah-buahan.Sehingga bisa efisiensi cost.
Ia menyebutkan, ada ribuan spesies di Taman Safari dan sebagainya.
“Bayangkan saja, seekor gajah butuh makan 10 persen dari berat badannya. Rata-rata berat badan gajah 3-4 ton untuk Gajah Sumatera, sehingga membutuhkan 300 Kg rumput,” jelas Inda.
Khusus di wilayah Carang Sari, Badung, dulu gajah ini diberi pakan pelepah kelapa, namun karena lokasinya jauh saat ini diberikan rumput saja.
Kemudian rutin pemeriksaan dokter, obat cacing, dan sebagainya.
Pangan dari taman satwa, kata dia, setidaknya mulai Rp 100 juta sampai Rp 1 miliar per bulan.
Inda yang mendapat masukan dari member Putri Bali, memikirkan cara dan berharap ada subsidi dari pemerintah. Baik berupa bantuan pakan, atau dana cash untuk membeli pakan satwa.
“Saya sudah menyampaikan kepada Wagub Bali, Cok Ace tentang hal ini. Termasuk ide saya agar destinasi dibuka sedikit demi sedikit,” jelasnya.
Ia berharap pelan-pelan destinasi wisata di Bali bisa dibuka, sesuai protap guna menghindari penyebaran virus COVID-19.
“Semisal cek temperatur suhu rutin ke setiap pegawai dan pengunjung, penyemprotan desinfektan berkala, wajib memakai masker, cuci tangan, dan hand sanitizer. Serta jaga jarak dan membatasi jumlah kunjungan,” tegasnya.
Apalagi destinasi atau daerah tujuan wisata di Bali banyak yang outdoor dan luasannya hektaran. Sehingga konsep physical distancing bisa dilakukan dengan baik.
“Jika tidak demikian, selain krisis kesehatan, krisis ekonomi juga sangat berbahaya bagi Bali,” ujarnya.
Walaupun turis tidak akan terlalu ramai, setidaknya perlahan denyut pariwisata di Bali mulai dihidupkan kembali.
Hal ini juga membantu, karyawan yang dirumahkan kembali bekerja.
Pengusaha dengan atraksi wisata khususnya yang memiliki satwa bisa kembali membeli pakan.
Dan kegiatan ekonomi kembali berjalan atau berputar.
Surat itu pun, ia tembuskan ke kementerian, serta stakeholder terkait agar segera ditindaklanjuti.
Inda tidak yakin 100 persen akan mendapatkan bantuan, namun ia berharap pemerintah melihat kontribusi destinasi dan atraksi wisata di Bali selama ini yang menyumbang devisa.
“Mungkin sampai Maret 2020 kekuatan pengusaha pariwisata di Bali masih ada, tetapi sekarang semua susah. Kami berharap ada solusi terbaik,” katanya.
Jumlah member Putri Bali mencapai 50 destinasi wisata yang terdaftar, namun ada yang belum masuk member.
Ia berharap yang belum masuk member, segera masuk karena jika terdata akan memudahkan bantuan seperti bantuan sembako dari kementerian.
“Saat ini 80 persen pekerja telah dirumahkan, semoga penyebaran COVID-19 segera berakhir dan semua kembali normal,” imbuhnya. (*)