Seminar dipandu Ketua Umum DPP Matasa Panca R. Sarungu dan Waketum GIPI David Makes.
Banyuwangi sendiri, terang Anas, bakal mengoptimalkan wisata alam dan budaya yang selama ini telah dikembangkan.
Wisata tersebut dinilai cocok dengan perilaku masyarakat yang masih enggan untuk berkumpul dengan banyak orang.
"Kami memprediksi, wisatawan akan lebih memilih wisata jauh dari hiruk-pikuk. Selain itu, untuk mencapai sustainable, kekuatan kita adalah lokalitas, budaya lokal dan karakter lokal. Ini adalah hal yang penting untuk meningkatkan pariwsata nasional," ungkapnya.
Pilihan mengembangkan wisata alam dan kekuatan budaya daerah juga dinilai lebih mudah dibandingkan dengan mass tourism yang lebih mahal dari sisi biaya.
Hal ini penting untuk diperhatikan pemerintah daerah, mengingat era awal new normal, kapasitas fiskal pemda dan ekonomi belum sepenuhnya pulih karena pelambatan ekonomi semasa pandemi.
Dia menambahkan, Banyuwangi sedikit beruntung dibanding daerah wisata alternatif lainnya karena infrastruktur dan amenitasnya sudah lengkap, seperti bandara, hotel berbintang dengan ballroom berkapasitas ribuan orang, hingga homestay=homestay.
”Daerah wisata alternatif lain tentu sedikit kesulitan, karena investasi pemerintah untuk bandara atau swasta untuk bangun hotel berbintang tiga ke atas tidak akan sepesat sebelum pandemi. Itu yang akan kami manfaatkan,” ujar Anas. (*)