Beberapa bulan ini bangsa kita mendapatan cobaan yang begitu cepat dan dahsyat.
Regulasi yang cepat pula berubah rubah dari tatanan daerah hingga pusat.
Bahkan di setiap lingkungan atau kelurahanpun juga demikian.
Masyarakat pasti menjadi resah dan terombang-ambing.
Bahkan ada pula yang sampai salah menafsirkan imbauan dan aturan ini.
Beberapa ada yang sampai kena masalah hukum karena kesalahannya.
Memang sungguh memprihatinkan, namun ini masalah kita bersama, seharusnya bisa kita selesaikan secara bersama dan membantu satu sama lain, bukan malah saling melemahkan.
Nilai-nilai yang tertuang di dalam kelima sila Pancasila sudah sangat jelas bahwa bangsa ini seharusnya mampu mengatasi atau menanggulangi setiap permasalahan.
Pada setiap individu semestinya tertanam nilai-nilai Pancasila ini yang menjadikannya sebagai individu yang memiliki karakter kuat.
Kuat dalam setiap mengahadapi permasalahan yang dihadapi, mampu mencari solusi yang tepat dan terbaik bagi dirinya dan orang lain.
Tentu hal akan berhasil dilakukan dengan kembali megingat jati diri kita, nilai nilai yang terpatri di dalam Pancasila.
Pancasila yang merupakan digali dari peradaban ratusan tahun dan telah berasil lulus dari berbagai cobaan dan permasalahan.
Mari kita ingat kembali nilai-nilai yang terpatri di dalam Pancasila dan merupakan cerminan dari bangsa ini.
Memang sudah ada dalam diri kita semua, namun mari kita ingat kembali dan mari kita kuatkan kembali dalam situasi pandemi ini.
Sila yang pertama, Ketuhanan yang Maha Esa; merupakan pengakuan atas keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Setiap individu masyarakat Indonesia beriman yaitu meyakini adanya Tuhan yang diwujudka dalam ketaatan iman terlihat dari menjalankan segala perintah dan laranganNya.
Menjalankan perintahnya tentu kita harus menjujung tinggi nilai kemanusiaan dan menjalankan ibadah.
Dalam situasi pandemi ini kita dihimbau untuk berdoa di rumah saja, bahkan di Bali khususnya, prosesi atau kegiatan agama dan budaya telah dibatasi.
Namun hal tersebut tidaklah menyurutkan kita untuk tetap berdoa walaupun seminimal mungkin, tapi secara kulitas bisa kita optimalkan.
Nilai sila pertama ini merupakan mengayomi sila-sila berikutnya.
Sila yang kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; mengandung nilai rumusan sifat keseluruhan budi manusia, nilai-nilai kemanusiaan.
Seluruh manusia atau individu Indonesia mengakui kedudukan yang sama dan sederajat.
Mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan dijamin oleh Negara.
Sudah semestinya kita tidak membeda-bedakan diri kita dengan orang lain.
Banyak dari kita yang telah terinfeksi virus ini dan kita semestinya tdak mengucilkan mereka.
Mereka adalah saudara kita yang harus kita bantu untuk kesembuhannya.
Begitu pula untuk kita yang masih sehat belum terinfeksi virus ini hendaknya saling bahu-membahu untuk menanggulangi pandemi ini.
Itu artinya kita semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam pandemi ini.
Tidak boleh ada yang mendahulukan dirinya sendiri, atau menimbun segala kebutuhan yang dibutuhkan dalam kondisi ini.
Sila yang ketiga, Persatuan Indonesia; dalam koridor kebangsaan, bangsa Indonesia yang mengatasi faham perseorangan, golongan, suku bangsa.
Mendahulukan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga tidak terpecah belah oleh masalah apapun.
Kondisi pandemi ini mengakibatkan kita lemah dan mudah menyalahkan orang lain.
Memang dalam kondisi yang serba sulit ini, semua akan bingung mencari berbagai cara untuk mampu lepas dari hal ini.
Hendaknya kita tidak serta merta menyalahkan segala pihak begitu saja.
Mulailah dari diri kita sendiri, dan mari bergandengan tangan, tetap menjaga komunikasi, kerukunan, kebersamaan, menjalin persaudaraan sebagai suatu bangsa besar dan saling
menguatkan.
Mari kita dukung semua pihak yang telah berjuang untuk penanganan pandemi ini.
Jikalau terdapat kekeliruan, berikanlah masukan dan yang terpenting berikan solusi.
Sila yang keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan; merupakan sendi utama demokrasi di Indonesia.
Berdasar atas musyawarah dan asas kekeluargaan.
Asas ini sangat berperan dalam kondisi pandemi ini.
Bagaimana tidak, sebagai Negara demokratis hendaknya kita mampu memeberikan solusi atau masukan kepada pengambil kebijakan dari tatanan kecil sampai yang tertinggi.
Sebagai bangsa demokratis sebaiknya jangan hanya mampu berkomentar asal yang tak karuan, hanya bisa mengeluh dan menyalahkan orang lain.
Berikanlah masukan, solusi untuk keluar dari krisis ini.
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; merupakan tujuan Negara, yaitu mewujudkan tata masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasar Pancasila.
Kita harus mampu adil dalam melihat permasalalahan kita bersama.
Tidak membeda-bedakan, dan mendukung satu sama lain.
Pengampu kebijakan hendaknya mampu adil dan berupaya memakmurkan masyarakatnya walaupun dalam pandemi seperti ini.
Dalam hal ini terkait bantuan langsung dari pemerintah ataupun bantuan dari swasta atau perorangan, seharusnya didisribusikan secara adil dan tepat bagi orang yang
membutuhkan.
Bukan malah tidak tepat sasaran.
Demikianlah seharusnya sikap kita dalam kondisi pendemi ini.
Betul memang kita dilemahkan, namun semestinya kita mampu bangkit.
Kita tunjukkan karakter diri kita, jiwa Pancasila kita yang telah ratusan tahun tahan dan lolos dari berbagai masalah.
Yakinlah kita mampu kular dari masalah ini, asalkan kita mampu bersatu, mendukung pemerintah, bergandengan tangan menatap hidup baru.
Semoga nilai-nilaiPancasila ini menguatkan kembali karakter kita di masa Pandemi Covid-19 ini, dan terus sampai masalah ini berakhir pun tetap sebagai karakter kita.
(*)