Ia memilih membawa kendaraan pribadi ke kantornya meski diakuinya lebih hemat jika naik transportasi umum.
“Masih takut banget, tahu sendiri kereta kaya gimana ngantrenya kalau masuk stasiun. Yang ada malah enggak ada physical distanting. Di situ malah jadi rebutan masuk ke dalam kereta karena dibatasi kapasitas masuk ke keretanya,” ucap dia.
• Terdampak Pandemi Covid-19, Rian DMasiv Kehilangan Pemasukan Rp. 3,5 Miliar
Namun, ia khawatir jika nantinya Pemprov DKI benar-benar menerapkan ganjil genap bagi mobil dan motor.
Dengan demikian, ia harus menggunakan transportasi umum saat kendaraannya terkena ganjil genap.
“Ya bingung aja kalau nanti misalnya ganjil genap. Kalau (pelat nomor) enggak sesuai masa naik transportasi umum. Bisa aja naik taksi online, tapi tekor juga tiap hari,” kata Mita.
Kembali ke kantor di tengah pandemi Covid-19 merupakan tantangan sendiri baginya.
Padahal ia merasa nyaman bekerja di rumah selama tiga belakangan ini.
Menurut dia, lebih efektif bekerja di rumah dibanding di kantor.
“Kayanya lebih produktif di rumah. Lebih nyaman, sepi, terus bisa lebih fokus kerjanya dan mencari aktivitas baru saat bekerja di rumah,” ucap Mita.
Sementara itu, Wenti (25), pekerja swasta di kawasan Bintaro memilih menggunakan ojek online saat hari pertama bekerja.
Meski awalnya khawatir naik ojek online ke kantor, ia mulai memberanikan diri.
Pasalnya jarak kantor dari rumahnya sejauh 23 kilometer.
“Awalnya takut, tapi ya udah jadi biasa aja. Tadi lupa bawa helm, akhirnya enggak pakai helm karena khawatir belum steril kan,” kata Wenti.
Ia mengaku menjadikan tasnya sebagai pembatas antara dia dan pengemudi ojek online tersebut.
Setelah sampai di kantor, ia ditawarkan untuk menggunakan hand sanitizer oleh pengemudi ojek onlinenya.