Corona di Bali

Misa New Normal, Umat Katolik di Denpasar Terharu Bisa Kembali Terima Komuni Langsung

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat Katolik di Denpasar mulai melaksanakan peribadatan di Gereja Katedral Denpasar dengan protokol kesehatan, pada Minggu (5/7/2020).

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Uskup Denpasar, Mgr. Dr. Silvester San untuk pertama kalinya kembali memimpin Misa Ekaristi di hadapan umat di Gereja Katedral Denpasar, Bali, pada Minggu (5/7/2020).

Sebelumnya, Gereja Katedral Denpasar ditutup selama tiga bulan sejak bulan Maret 2020 lalu akibat pandemi Covid-19.

Sebagai alternatifnya umat melaksanakan ibadah misa melalui siaran live streaming.

Meskipun masih berlangsung di tengah pandemi yang belum usai, peribadatan dapat berlangsung secara khusuk dan umat pun tertib sesuai arahan protokol kesehatan.

BREAKING NEWS - Karena Covid-19, Puskesmas Sukawati I Akan Ditutup Sementara Pada Senin Ini

Ramalan Zodiak 6 Juli 2020, Hari Keberuntungan Aquarius, Pisces Akan Merasa Gembira

Ini Deretan Penyakit yang Bisa Dideteksi Lewat Mata

Protokol kesehatan ketat diberlakukan, dan jumlah umat yang mengikuti misa dibatasi maksimal 500 orang atau berkisar 20 persen dari kapasitas.

Para petugas pun tampak disiagakan dengan perlengkapan masker, face shield hingga sarung tangan.

Sejumlah protokol kesehatan yang wajib dilaksanakan umat yang beribadah di gereja, yakni umat wajib memakai masker, memarkirkan motor atau mobil di tempat yang disediakan.

Kemudian terdapat dua pintu masuk gerbang utama, pihak gereja sudah menempatkan sejumlah petugas khusus.

Umat di cek suhu badannya, jika ada yang di atas 37,5 derajat celcius akan mendapatkan pemeriksaan dari petugas medis.

Selanjutnya, umat melewati alas air disinfektan, diarahkan untuk mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu di wastafel yang telah disediakan.

Setelah itu menuju ke dalam gedung, memasukkan kolekte atau persembahan di awal sebelum peribadatan dan disemprotkan hand sanitizer di pintu masuk gedung gereja.

Di dalam Gedung Gereja, umat diarahkan oleh petugas tata tertib dalam menempati tempat duduk, dimulai dari kursi pada bagian depan.

Dalam satu kursi panjang akan diisi 4 orang dengan konsep jaga jarak yang telah terpasang tanda silang untuk tidak mendudukinya.

Sedangkan size kursi yang lebih kecil bisa digunakan untuk 3 orang.

Sementara itu, dalam ritus atau tata cara peribadatan, perarakan dari pintu masuk utama juga ditiadakan, jadi pemimpin peribadatan langsung keluar dari ruang Sakristi.

Saat prosesi salam damai juga tidak lagi dilakukan dengan berjabat tangan, melainkan dengan mengatupkan ke dua telapak tangan di depan dada dan menundukkan kepala.

Kemudian saat penerimaan komuni, Dewan Pastoral Paroki telah memasang garis-garis khusus untuk pembatas satu umat dengan yang lainnya, saat menerima komuni, umat menyorongkan tangan, bergeser membuka masker untuk menyantap hosti lalu kembali memakai masker.

Lalu, durasi peribadatan juga lebih cepat dari biasanya sebelum adanya pandemi Covid-19.

Hal ini untuk meminimalisir umat berlama-lama di gedung gereja, meskipun durasi relatif lebih cepat namun tidak mengurangi esensi utama tata cara peribadatan.

Usai ibadah, umat juga tidak boleh asal keluar, harus mematuhi prosedur yang berlaku, di mana umat yang duduk di baris tengah akan keluar lewat pintu tengah utama, dan yang duduk di samping keluar lewat pintu samping, begitu pula yang di balkon atas, akan ada petugas yang mengarahkan.

DPP Roh Kudus Katedral Denpasar mengimbau kepada ibu hamil, anak-anak yang belum menerima komuni dan lansia di atas 65 tahun agar tetap beribadah di rumah, pihak gereja masih melaksanakan ibadah secara online atau live streaming sehingga bisa diikuti dari rumah.

Setiap pekannya akan ada lima kali misa, meliputi, Sabtu pukul 18.00 Wita, Minggu pukul 06.30 Wita, pukul 09.30 Wita, pukul 15.00 Wita dan 18.00 Wita.

Umat yang hadir di gereja diprioritaskan yang berasal dari lingkungan yang telah terjadwal, setiap pekan dijadwalkan 3 lingkungan dari total 24 lingkungan yang dikoordinir melalui Ketua Lingkungan secara bertahap atau bergiliran setiap pekannya agar tidak jadi penumpukan atau kerumunan umat.

Diharapkan umat dapat mematuhi segala peraturan protokol kesehatan dalam tata cara peribadatan dengan kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung ini.

Uskup Denpasar Mgr Silvester San mengatakan, pelaksanaan ibadah ini berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo maupun Gubernur Bali I Wayan Koster serta Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang mulai memperbolehkan pelaksanaan ibadah dengan menerapkan protokol kesehatan.

Untuk kesiapan paroki yang berada di naungan Keuskupan Denpasar, Uskup menjelaskan, diserahkan kepada masing-masing paroki di wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat.

"Di Nusa Tenggara Barat sudah dimulai dua minggu yang lalu, koordinasi dengan Wali Kota Mataram, kalau di Bali sesuai arahan gubernur supaya protokol kesehatan sangat menjadi perhatian. Protkol kesehatan adalah panglima ketika membuka tempat ibadah, lalu kita laksanakan rapat dan disepakati awal Juli ini kembali membuka ibadah di gereja," papar Uskup kepada Tribun Bali.

Persiapan segala sesuatunya sudah dilakukan sejak pertengahan Juni 2020 lalu sehingga awal Juli 2020 siap menyelenggarakan Misa dengan protokol kesehatan.

"Setiap paroki memperhitungkan kesiapan wilayah dan pemerintah daerah. SK Uskup menyatakan bagi yang sudah memungkinkan silakan melaksanakan, memulai kan tidak harus semu, bisa pelan-pelan" katanya.

Dalam Misa Ekaristi New Normal sedianya sudah dilaksanakan sejak Sabtu (4/7/2020) dan Minggu (5/7/2020) pagi hari.

Dari dua misa sebelumnya jumlah umat yang hadir tidak sampai 500 orang.

Seperti pada Misa pertama Sabtu (4/7/2020) umat yang hadir berjumlah 160 orang, sedangkan Misa kedua atau Minggu (5/6/2020) pagi berjumlah 209 orang dan Misa ketiga 211 orang.

Memang Uskup tidak memaksakan umatnya untuk pergi beribadah di gereja di masa-masa yang masih rentan seperti ini.

"Kalau nyaman ke gereja silakan datang ke gereja mengikuti protokol kesehatan," jelasnya.

Salah seorang umat, Alex, mengaku terharu dan antusias mendengar kabar Gereja Katedral Denpasar kembali membuka ibadah, ia sudah sangat merindukan beribadah di gereja dan menerima komuni secara langsung.

"Sangat rindu datang ke gereja, selama ini live streaming tiga bulan terakhir ini, tapi masih merasa ada yang kurang, karena tidak menerima komuni, bagi umat Katolik, Komuni menjadi kekuatan kehidupan rohani," ungkapnya.

Selain itu, usai ibadah selesai dan ditutup umat tidak diperbolehkan berlama-lama di dalam gedung gereja untuk sekedar berfoto-foto dan kegiatan lainnya, umat diimbau segera meninggalkan gedung gereja.

Sebagai tambahan informasi, saat awal peribadatan, pintu akan masuk gereja akan ditutup setelah dimulainya lagu pembuka dan doa pembuka. (*).

Berita Terkini