Ular yang ia beli biasanya berkisar antara Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu, susuai dengan ukuran ular.
"Awal tahun 2000-an itu sangat senang saya. Banyak yang beli ular dan saya sampai jual ke Jawa," ujarnya.
Jika dulu, ular yang memiliki panjang sekitar 2,5 meter, ia mampu menjualnya sampai Rp 250 ribu per ekor.
Biasanya ular yang banyak dibeli merupakan ular sanca yang kulitnya dimanfaatkan untuk fashion.
Sementara ada juga yang khusus mengambil empedunya untuk obat.
"Jika order ular jenis lainnya jarang, biasanya hanya piton. Tapi ada juga dokter, yang selalu minta dicarikan ular hijau," jelasnya.
Namun semenjak pandemi Covid-19, dirinya sangat sepi order.
Bahkan tiga bulan terkahir ia sama sekali tidak ada order.
Karena kondisi ini, ia sempat melepas 70 ekor ular sanca yang ia tangkap dan ia beli ke alam liar di Sungai Tukad Jinah.
"Kalau tidak ada order dan dibiarkan di rumah, nanti ularnya kurus dan mati. Saya tidak bisa pelihara, sehingga saya lepas sekitar 70 ular ke Tukad Jinah," ungkapnya.
Selain sebagai pemburu dan jual beli ular, Nyoman Yasa mengaku memiliki kemampuan alami menyembuhkan orang yang digigit ular.
Secara niskala ia memohon minyak di beberapa pura untuk dapat digunakan menyembuhkan orang yang digigit ular.
"Banyak yang datang di sini dengan kasus digigit ular, saya bisa sembuhkan dengan minyak khusus yang nunas di pura," terang Nyoman Yasa.
I Nyoman Yasa mengaku beberapa kali sempat digigit ular, termasuk ular hijau yang berbisa.
Namun ia mampu menyembuhkan sendiri luka gigitan tersebut.
(*)