Virus Corona

Para Orang Tua di AS Stres Pikirkan Pendidikan Anaknya di Tengah Pandemi Covid-19, Ini Sebabnya

Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Vicky Li Yip, kiri, menyiapkan mesin gelembung untuk anak-anaknya, kiri ke kanan, Kelsey, 8, Toby, 10 dan Jesse, 5, di luar rumah mereka, Jumat, 10 Juli 2020, di Houston. Vicky Li Yip bekerja dari rumah dan mengatakan sekolah online melelahkan, walupun suaminya membantu. Tetapi dengan kondisi kotanya yang menjadi pusat perhatian nasional, dia mempertimbangkan apa artinya bagi anak-anaknya untuk menghadapi kemungkinan paparan virus corona setiap hari

TRIBUN-BALI.COM - Pandemi Covid-19 membuat para orang tua di Amerika Serikat (AS) stres terhadap nasib pendidikan anak-anak mereka.

Pasalnya, pandemi membuat situasi belajar-mengajar di sekolah menjadi tidak aman, sementara sekolah online membuat orang tua kelelahan.

Melansir Associated Press pada Rabu (15/7/2020), Presiden AS Donald Trump menuntut agar sekolah dibuka kembali saat musim gugur.

Namun, dengan virus corona yang muncul secara meluas di AS bahkan dunia, banyak orang tua yang bekerja tidak melihat imbauan itu adalah kabar baik.

Ungkap Kasus Tewasnya Editor Metro TV, Polisi Telusuri Jejak Pelaku Melalui Barang Bukti

Ingat pada Pesan Bung Karno, Megawati Minta Calon Kepala Daerah Dukung Pemerintah Hadapi Covid-19

Disinyalir Hasil Gratifikasi dan Pencucian Uang, Kejati Bali Amankan Aset Tri Nugraha

"Saya tidak mendapat bantuan dari suami atau anggota keluarga lainnya untuk merawat putra saya," kata Michelle Brinson, yang seorang pekerja penuh waktu untuk organisasi nirlaba Nashville sembari membesarkan anaknya yang berusia 11 tahun sendirian.

Brinson yang berusia 50 tahun mengatakan bahwa dengan melihat kondisi kesehataannya, dia menjadi "takut" terinfeksi Covid-19.

Dia juga khawatir membiarkan putranya kembali ke sekolah, karena ada kemungkinan membawa virus corona ke dalam rumah dan bisa jadi menginfeksinya.

"Jika saya mati atau menggunakan ventilator, apa gunanya saya baginya (putranya)?" ungkap Brinson.

Sebelum virus corona merebak, Brinson biasa bekerja setiap hari dan dengan tenang membiarkan putranya pergi ke sekolah.

Ketika ada pengumuman sekolah ditutup pada Maret lalu, Brinson benar-benar tidak siap dengan hal itu.

Sempat ia mengambil cuti untuk beberapa hari, sampai dia menerima izin untuk bekerja dari rumah.

Sekarang atasannya menekannya untuk kembali bekerja di kantor.

Sementara itu, Brinson mengaku bahwa sekolah online adalah bencana.

Di Florida dan Texas, kedua negara bagian AS yang memiliki jumlah kasus Covid-19 tinggi, para pejabat mewajibkan distrik sekolah untuk menawarkan sekolah pribadi kepada mereka yang menginginkannya.

Sergio Ramos Bersumpah Akan Terus Membela Real Madrid sampai Saatnya Pensiun

Hari Ke-3, Peminat Diskon Tambah Daya Listrik PLN Membludak, Tembus Angka 18.183 Pelanggan

Shin Minah Eks ILUV Ngaku Alami Bullying Hingga Menderita Depresi dan Nyaris Bunuh Diri

Pedoman Texas untuk sekolah pribadi itu mencakup ketersediaan meja yang terpisah sejauh 2 meter.

Jika tidak memungkinkan, maka diimbau untuk lebih sering mencuci tangan. Selain itu, pihak sekolah juga akan pertimbangkan peningkatan sirkulasi udara dari luar.

Namun, penawaran sekolah itu tidak cukup baik menurut Vicky Li Yip, yang memiliki tiga anak-anak masing-masing berusia 5, 8, dan 10 tahun.

 Li Yip adalah seorang pekerja yang mendapatkan hak untuk bekerja dari rumahnya di Houston. Ia mengaku sekolah online untuk anak-anaknya adalah hal yang melelahkan untuknya, sekali pun telah dibantuan suaminya.

Senada dengan Brinson, baginya program kembali ke sekolah juga tidak menjadi kabar baik baginya karena kondisi kotanya yang menjadi pusat penyebaran virus corona.

Dia telah mempertimbangkan apa artinya bagi anak-anaknya yang akan menghadapi kemungkinan paparan virus berbahaya setiap hari.

"Membuatku menangis hanya untuk mengatakannya (dampak paparan virus corona)," kata Li Yip.

"Untuk berpikir bahwa aku harus memberi tahu anak-anak, ketika mereka melihat kakek-nenek mereka, mereka tidak bisa memeluk mereka," ungkapnya yang khawatir anggota keluarga lainnya akan terpapar virus corona.

Rebecca Witte seorang juru bicara Departemen Koreksi Kansas mengakui betapa sulitnya membantu anak melakukan sekolah online, di mana dalam waktu bersamaan dia juga harus bekerja menangani masalah 900 narapida Kansas yang terinfeksi virus corona.

Suami Witte adalah seorang kepala sekolah, tapi di saat pandemi corona dan sekolah-sekolah melakukan kegiatan belajar-mengajar secara online, suaminya tidak cukup miliki banyak waktu untuk membantu anaknya.

 "Berusaha untuk sambil bekerja, itu sulit. Akan menarik untuk melihat apa rencana (sekolah) di musim gugur. Saya berharap mereka (anak-anak) tidak di rumah sepanjang waktu dengan saya mencoba untuk mengajari mereka sambil bekerja,” ungkapnya.

Sejarawan pendidikan Jonathan Zimmerman mengatakan, fungsi sekolah saat ini tidak hanya untuk mengajarkan keterampilan dasar dan kewarganegaraan, tetapi sekarang sekolah memiliki fungsi yang luas.

 Sekolah saat ini menjadi agen layanan sosial secara hukum, menyediakan kebutuhan seperti makanan gratis dan layanan kesehatan mental.

"Seluruh struktur ekonomi berubah pascaperang, dan pendidikan formal menjadi prasyarat untuk kemandirian dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Zimmerman.

Ketika sekolah berjalan secara online peran orang tua, disebutnya menjadi semakin bertambah terhadap anaknya yaitu mengawasi pendidikan, menjamin kebutuhan makanannya, serta mengelola tingat emosi anak.

Akibatnya, saat itulah sangat mudah terjadi konflik dalam keluarga, karena di sisi lain orang tua tetap harus bekerja seperti biasnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Efek Pandemi Covid-19, Orang Tua di AS Stres Pikirkan Anaknya, Kenapa?",

Berita Terkini