Laporan Wartawan Tribun Bali, M. Firdian Sani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pembicara Nasional yang juga pakar komunikasi yakni Dr Aqua Dwipayana baru saja menyelesaikan webinar bertema 'Memperkuat Energi dan Sinergi Dalam Penanganan Covid-19' di Aula Werkudara Gedung Poliklinik Lantai 3 RSUP Sanglah, Senin (3/8/2020).
Tidak sendirian, Dr Aqua ditemani anak bungsunya Savero Karamiveta Dwipayana, yakni seorang relawan muda Satgas Covid-19 Nasional yang kini menginjak semester 7 Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Sumedang-Bandung, Jawa Barat.
Melaui aplikasi zoom, webinar ini disaksikan di seluruh Indonesia dengan total peserta mencapai 300 orang, dan 50 orang menyaksikan langsung.
Dalam seminarnya, Dr Aqua mengapresiasi penanganan virus corona di Bali, apalagi selama dua minggu terakhir Bali berhasil menahan angka kematian, namun menurutnya keberhasilan itu perlu dipertahankan lagi.
• Curi Hp di Dashboard Sepeda Motor Korbannya, Merta Adi Ngaku Hasilnya untuk Beli Sabu
• Pertengahan 2021, Pelabuhan Sampalan dan Bias Munjul di Nusa Penida Diharapkan Bisa Selesai
• Bantah Teori Konspirasi, Satgas Covid-9: Tak Ada Organisasi atau Orang yang Konsisten Sebar Pandemi
Ia mengutarakan ada tiga hal yang perlu dilakukan Bali dalam menangani pandemi Covid-19.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah perihal keteladanan pemimpin.
Kata dia, pemimpin harus melakukan tugas dengan baik dengan memiliki tiga unsur, yakni kredibel, komitmen, dan konsisten.
"kita harus berusaha menjadi manusia-manusia yang dapat dipercaya atau kredibel. Yang selanjutnya adalah komitmen. Kalau janji ya harus ditepati. Yang ke tiga adalah konsisten," ucapnya.
Ia melihat Bali sebagai contoh yang baik bagi provinsi lain di Indonesia karena ia sangat menghargai kerja keras pimpinan Bali dalam mengawal kasus Covid-19 ini, namun ia ingin hal itu ditingkatkan lagi.
Lalu kata dia, yang kedua adalah kedisiplinan masyarakat.
Menurutnya kedisiplinan masyarakat akan terwujud jika adanya komunikasi yang baik dari pemerintah untuk mensosialisasikan perihal Covid-19 ini.
"Ada beberapa masyarakat kita di luar Bali sana yang memaksa jenazah Covid-19 untuk diambil dan dikuburkan sendiri, itu karena komunikasi yang tidak baik. Di Bali tidak ada seperti itu, namun harus dipertahankan," katanya.
Ia juga mengkhawatirkan isu konspirasi yang membuat pemahaman masyarakat menjadi apatis terhadap Covid-19, oleh karenanya komunikasi dan edukasi terhadap masyarakat harus terus digencarkan.
"Kalau perlu semua yang tahu dan paham akan bahaya Covid-19 untuk memberi edukasi terhadap masyarakat yang kurang mengerti akan Covid-19 ini. Contonya bila perlu karyawan yang ada di RS Sanglah ini menjadi humas untuk mengajarkan kepada masyarakat kita, tentang penanganan, pencegahan Covid-19," jelasnya.
• 7 Komplikasi Penyakit Asam Urat, Bisa Sebabkan Batu Ginjal Hingga Sakit Jantung
• Aurel Ceritakan Respons Krisdayanti Tentang Atta Halilintar Dan Rencana Pernikahannya
• Periode Terburuk Perekonomian Dunia, 6 Negara Maju Ini Masuk ke Jurang Resesi, Bagaimana Indonesia?