“Saya lihat banyak potensi pertanian di Bali, ada buah jeruk dan kopi di Kintamani, bawang merah. Kemudian kakao di wilayah Negara, dan bahkan ada petani wine kopi,” ujarnya.
Sudharma menyebutkan, 37 persen nasabah BPD Bali adalah nasabah UMKM.
Memang saat ini masih banyak dari kalangan pariwisata.
Ia menjelaskan, pertanian ke depan bisa berdampingan dengan pariwisata.
Sehingga saling mendukung, sesuai anjuran pemerintah agar hasil pertanian di Bali digunakan oleh industri seperti industri pariwisata.
Selain itu, dengan pembatasan yang tepat, maka pariwisata ke depan akan lebih berkualitas.
Ia pun berharap digitalisasi dan transaksi non tunai kian meluas, untuk itu BPD Bali bersama BI dan OJK terus menggeber promosi dan sosialisasi QRIS di seluruh kabupaten/kota.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, mengamini hal ini.
Secara terpisah, ia menegaskan bahwa terjadi pergeseran antara kontribusi pertanian dan akmamin dalam peta ekonomi Pulau Dewata.
“Triwulan II-2020, kontribusi pertanian mulai naik,” sebutnya.
Jika sebelumnya, kontribusi akmamin di porsi ekonomi Bali bisa sampai 21 persen bahkan lebih.
Kemudian pertanian hanya 11-13 persen.
Kini, kata dia, sektor pertanian naik menjadi sekitar 16 persen dan akmamin 17 persen.
“Jadi kalau ini bisa dipertahankan terus, maka ke depan bisa saja pertanian bertumbuh beriringan dengan sektor akmamin,” tegasnya.
Sehingga kedua sektor ini bisa sama-sama menopang perekonomian Bali.