Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah memberikan dampak yang luar biasa ke berbagai sektor.
Kondisi ini mengakibatkan penurunan pendapatan lebih dari 30 persen jika dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) RI mempunyai tujuh prioritas komoditas berdaya saing tinggi dan potensi ekspor di bidang KUMKM.
Tujuh prioritas itu di antara pariwisata, home decor, kuliner, fashion muslim, ekonomi kreatif dan information technology (Ekraf-IT), perikanan dan peternakan, serta pertanian dan perkebunan.
Asisten Deputi Pertanian dan Perkebunan Kemenkop UKM RI, Dewi Syarlen mengatakan, dari berbagai komoditas prioritas itu, pertanian memiliki pertumbuhan yang cukup stabil dan mempunyai potensi pengembangan yang cukup tinggi pascapandemi Covid-19.
"Maka dari itu dibutuhkan dorongan atau penguatan untuk para pelaku usaha," kata Dewi dalam Seminar Virtual "Inovasi Berbasis Teknologi Pertanian pada Pengembangan UMKM di Era New Normal" yang digelar oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana (FTP Unud), Jum'at (28/8/2020).
• Tak Direstui Rujuk dengan Mantan Suami, Wanita Ini Siram Wajah Ibu Kandung dengan Air Panas Mendidih
• Paket Lengkap Man City untuk Lionel Messi, Segini Harga yang Ditawarkan
• Desainer Kondang Barli Asmara Meninggal di Bali Pukul 15.00, Dian Pelangi Ungkap Cerita Ini
Dirinya menuturkan, selama pandemi Covid-19 ini, Kemenkop UKM turut berperan aktif dalam mendorong proses ekonomi di masyarakat dengan berbagai program.
Salah satunya dengan program warung tetangga yang bekerja sama dengan sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di klaster pangan.
Melalui gerakan ini, koperasi dan UKM turut serta mendukung untuk keberlangsungan upaya tersebut.
Oleh karena itu, pihaknya kini melakukan fokus pendekatan pengembangan koperasi pertanian pangan di era new normal.
Hal ini dilakukan dengan mengkomunikasikan keunggulan, kekhasan dan keunikan produk sehingga menarik peminat pembeli.
Pihaknya juga mendorong penggunaan platform digital sebagai media untuk meningkatkan kapasitas penjualan.
• Dukung Ketahanan Pangan, Wabup Kembang Hartawan Tebar 28 Ribu Benih Ikan Lele
• Terkini Soal BLT Rp 600 Ribu, Nasabah 4 Bank BUMN Cair Duluan, Begini Cara Cek Terdaftar Atau Tidak
• Hati-Hati, Kesalahan yang Dilakukan di Dapur Ini Bisa Membuat Makanan Berubah Jadi Penyakit
"Jadi langkah-langkah tersebut juga didorong untuk dilaksanakan oleh pelaku usaha di sektor pertanian," jelas Dewi.
Dewi juga mengungkapkan bahwa Kemenkop UKM RI kini telah melakukan skema pengembangan korporatisasi komoditi kelapa.
Dalam skema ini, koperasi pertanian turut andil sebagai salah satu model untuk pengembangan bisnis koperasi dengan mengintegrasikan berbagai pihak dari hulu sampai hilir.
Dalam sistem ini, koperasi pertanian bertugas untuk menyerap produk dari para petani.
Hal ini dijadikan sebagai alternatif solusi dari permasalahan umum yang selama ini dihadapi di sektor pertanian di mana proses produksi yang masih dikelola individu dengan kualitas kecil dan harga yang rendah karena rantai pasok yang panjang.
"Jadi koperasi petani akan membantu meningkatkan kuantitas dan akses permodalan yang kemudian akan meningkatkan kesejahteraan para petani dengan jaminan bahwa petani akan menerima hak sesuai dengan upaya yang dilakukan," tuturnya.
• Kawah Oro-oro Kesongo di Blora Meletus Tiba-tiba, 18 Kerbau Terhisap ke Tanah & 4 Warga Keracunan
• Bagaimana Peluang Marc Marquez Juara Dunia MotoGP 2020? ini Kata Bos Repsol Honda
Oleh karena itu, para pelaku di bidang pertanian didorong olehnya agar membentuk koperasi dan meminta Dinas Koperasi di masing-masing provinsi untuk melakukan pendampingan.
"Karena kalau mereka individu hanya kelompok kecil, mereka akan digilas oleh perusahaan-perusahana besar atau yang mempunyai pabrik yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang sendiri-sendiri," kata dia.
Dewi meyakini, para pelaku di bidang pertanian bakal memiliki kekuatan besar apabila mereka bisa berkelompok, mempunyai inovasi dan berkreasi.
Namun di sisi lain, Dewi juga menyadari bahwa apabila petani berkelompok juga membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Maka dari itu, pihaknya di Kemenkop UKM RI bisa memberikan pendampingan dengan memberikan pinjaman melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan melihat produksi apa yang mulai dilakukan oleh kelompok petani tersebut. (*)