Maka dari itu, Prof Dasi Astawa menilai STMIK Primakara harus menjadi contoh bagi perguruan tinggi yang lain.
"Karena beliau (STMIK Primakara) umurnya masih muda sudah mendapatkan bantuan banyak dari pemerintah pusat untuk mengembangkan inkubator bisnis," kata pria yang pernah meraih penghargaan sebagai figur pendidikan dalam Sukma Bali Award 2019 itu.
"Jadi wajib dan wajarlah bagi Primakra untuk menjadi salah satu perguruan tinggi di bidang teknologi kebanggaan saya karena inovasi dan inkubator yang luar biasa. Sudah banyak tenant-tenantnya sehingga itu menjadi kebanggan kitalah intinya," kata dia.
Untuk diketahui, alat Primakara Automatic Inspection Gate diciptakan oleh dua orang dosen STMIK Primakara, yakni Made Adi Paramartha Putra, S.T., M.T, I Putu Satwika, S. Kom., M. Kom dan mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, I Ketut Agus Juliana melalui Pusat Inovasi Primakara.
• PP PBSI Gelar Simulasi Piala Thomas dan Uber 2020, Ada Marcus/Kevin di Tim Harimau
• Singapura Siap Sambut Turis Asing 1 September 2020, Ini Sejumlah Persyaratannya
Adi Paramartha mengatakan, empat fungsi yang dimiliki alat yakni sebagai pengecekan suhu tubuh, deteksi penggunaan masker, hand sanitizer otomatis dan check-in/check-out untuk mendapatkan data orang yang memasuki gedung.
Dengan adanya pendataan orang yang memasuki suatu gedung maka kapasitasnya dapat dikontrol sehingga tidak melebihi ketentuan.
"Empat fungsi tersebut yang biasa diberlakukan di banyak fasilitas umum, namun dilakukan secara manual dengan bantuan seorang petugas," tuturnya dalam siaran persnya yang diterima Tribun Bali.
Dirinya menuturkan, Primakara Automatic Inspection Gate ini memadukan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Alat ini juga memanfaatkan sensor sebagai pengukur suhu serta kamera sebagai pendeteksi masker yang dikontrol penuh dengan menggunakan microcontroller.
Setiap pengunjung yang akan masuk ke gedung harus di-scan menggunakan Primakara Automatic Inspection Gate. Jika suhu tubuh seseorang berada dibawah 37,3 serta menggunakan masker, pengunjung akan diarahkan mengisi data diri untuk mengetahui waktu kunjungan dan nomor telepon.
Dengan adanya alat ini, maka dapat mengurangi kontak antara security dengan pengunjung. Security tidak perlu lagi melakukan pengecekan masker dan temperature kepada pengunjung karena telah dilakukan oleh Automatic Inspection Gate.
"Di restaurant dan cafe, petugasnya yang merangkap waiter/waitress harus bolak-balik melayani tamu yang check-in dan tamu yg sudah harus diberi hidangan. Akhirnya kami buatlah alat ini," tutur Adi Paramartha.
Ke depan ia mengaku akan dibuat lagi untuk ditempatkan di kantor pemerintah kabupaten/kota di Bali. "Sejauh ini sudah ada beberapa instansi yg order. Namun target utamanya bukan itu. Melalui project-project ini, kita ingin menunjukan bahwa kampus itu hadir dan mampu berbuat sesuatu yang real," tuturnya.
Adi Paramartha berharap, pihaknya di Kampus STMIK Primakara dapat terus menghadirkan inovasi-inovasi yang bisa menyelesaikan masalah nyata di masyarakat. "Semoga alat ini dapat berguna untuk membantu melakukan penyesuaian kebiasaan yang baru," kata dia.
Dengan dibuatnya alat ini diharapkan dapat meminimalisasi dan mencegah penyebaran Covid-19 yang telah melumpuhkan perekonomian di Bali.
Ke depan, pihaknya akan kembali mengembangkan fitur alat tersebut agar menjadi lebih interaktif dan dapat menyapa pengguna saat berdiri di depan Primakara Automatic Inspection Gate. (*)