Pengendalian di skala lokal, ada dua mekanisme yang secara simultan bekerja di dalamnya, seperti edukasi publik.
Masyarakat diimbau tidak sekadar mematuhi protokol kesehatan, tetapi menjadikan protokol kesehatan ini sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru.
“Sebab, dalam situasi pandemi saat ini, dan pasca pandemi sudah selayaknya dibentuk mekanisme kebiasaan baru, termasuk perilaku sosial masyarakat harus berubah beradaptasi dengan situasi pandemi. Cara-cara edukatif itu memang perlu kita dorong dengan melibatkan sosiolog, antropolog, budayawan, agamawan,” ujarnya.
• Luca Marini Tampil Garang Musim Ini, Rossi Harap Adik Tirinya Itu Tak Dapat Tempat di MotoGP 2021
Namun, di sisi lain, sebagian masyarakat juga memiliki orientasi yang berbeda dalam merespons isu kesehatan dan isu ekonomi.
Ada yang menganggap isu kesehatan sangat penting, tetapi ada juga yang lebih mementingkan isu ekonomi, sehingga pemerintah harus menjaga keseimbangan antara rem dan gas, dengan syarat kedisiplinan yang tinggi terhadap protokol kesehatan.
Untuk itu, kombinasi antara edukasi dan kedisiplinan harus dikuatkan.
Ari yakin setiap daerah dengan manajemen pengendalian yang lebih lokal, akan melahirkan berbagai skenario yang beragam sesuai konteks daerah masing-masing.
“Kalau saya bilang kunci utama pemulihan ekonomi adalah pengendalian Covid-19 dan penanganan kesehatan. Kita perlu menyeimbangkan antara isu kesehatan dengan dibukanya ruang ekonomi,” ujar pria asli Ubud, Bali itu.
Situasi sekarang sangat dinamis dan penuh dengan ketidakpastian.
Untuk itu, Indonesia perlu fokus pada strategi yang sudah dirancang dan memastikan strategi ini berjalan sampai pada sasarannya.
Karena situasi yang terjadi sangat dinamis, penuh ketidakpastian maka perlu fokus dan percaya diri (convidence), pada implementasi tiga strategi yang sudah dirancang agar betul-betul dilevered.
Dibutuhkan kekompakan, soliditas, dan sinergi antar pemerintah di setiap level, baik antar lembaga di pusat maupun antara pusat dengan daerah.
Sebab sinergi merupakan bagian penting dalam manajemen krisis. Semuanya harus berada dalam satu frekuensi, supaya pesan yang diberikan benar-benar sampai ke seluruh lapisan masyarakat.
“Tetapi, mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang besar, dengan rentang geografis yang luas dan juga kepulauan. Maka perlu diberikan ruang fleksibelitas di tingkat lokal, atau daerah dalam mengatasi masalah yang dihadapi,”tutur Koordinator Staf Khusus Presiden ini.
Perlu model manajemen yang fleksibel di tingkat bawah, untuk melihat berbagai pergeseran di tengah kondisi yang tidak pasti.