TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Dinas Sosial Kabupaten Tabanan, Bali menggelar pelatihan foot massage bagi 10 orang penyandang disabilitas sensorik netra di Kantor Dinas Sosial, Jumat (23/10/2020).
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para penyandang tuna netra khususnya pemijatan di areal kaki (foot massage).
Selain membantu pelatihan, mereka juga dibantu UEP (Usaha Ekonomi Produktif) seperti disiapkan minyak, ember, dan handuk untuk pelaksanaan massage tersebut.
Baca juga: Persatuan Tuna Netra Indonesia di Bali Mendapat Donasi Pandemi Covid-19 dari HAMI
Namun sayangnya pelatihan ini tak bisa sekaligus dilaksanakan untuk semua penyandang tuna netra di Tabanan yang jumlahnya 45 orang.
Sebab, pelatihan akan dilaksanakan secara bertahap. 10 orang yang ikut pelatihan ini merupakan warga yang tergolong masih aktif.
"Di Tabanan ini ada 45 orang penyandang tuna netra, yang ikut palatihan hari ini hanya 10 dulu. Nantinya tentu bertahap," ujar Kepala Dinas Sosial Tabanan, I Nyoman Gede Gunawan, Jumat (23/10/2020).
Baca juga: 6 Cara Berinteraksi dengan Tuna Netra agar Tak Salah Paham, Tutur Kata dan Sentuhan 2 Kunci Penting
Gunawan menjelaskan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para penyandang disabilitas sensorik netra ini.
Diharapkan, dengan kegiatan ini nantinya bisa menambah keterampilan.
Sebab, selama ini keahlian mereka untuk pijat bagian areal badan.
"Sehingga pelatihan kali ini kita fokuskan pada areal kaki. Karena selama ini kan mereka fokus pada pijat badan," katanya.
Baca juga: Kisah Hidup Sejoli Tuna Netra di Negara Kembali Bertemu Setelah 15 Tahun Terpisah
Selain pelatihan, kata dia, dengan anggaran pelatihan yang digelar bersumber dari APBD sebesar Rp 6 juta, juga untuk membantu untuk UEP (Usaha Ekonomi Produktif) seperti disiapkan minyak, ember, dan handuk. Kemudian, mereka juga dilatih oleh seorang instruktur.
"Pelatihannya hanya sekali dan kita berharap mudah-mudahan mereka ini mampu meningkatkan keterampilan, mampu meningkatkan penghasilanya untuk membantu keluarga," harapnya.
"Jadi penyandang disabilitas ini bukan seorang yang menjadi beban, tetapi mampu menghidupkan keluarganya. Kita boleh membedakan mereka dari kemampuan, tetapi jangan bedakan dari ketidakmampuan," tandasnya. (*)