TRIBUN-BALI.COM - Mi instan menjadi salah satu makanan cepat saji yang paling digandrungi orang-orang
Tidak bisa dipungkiri, mi instan menjadi salah satu makanan favorit sebagian besar orang mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, orang kaya maupun orang biasa, anak kos juga pegawai kantoran.
harus diakui, mi instan menjadin salah satu makanan favorit, bukan saja karena banyak cirta rasa tetapi juga karena murah dan mudah dimasak.
Baca juga: Melihat Goa Jepang di Bali, Tempat Persembunyian Pekerja Romusha Kini Dijadikan Obyek Wisata
Baca juga: Masalah Ini yang Dibahas Jusuf Kalla Saat Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan
Baca juga: Diterkam Buaya Saat Mencari Ikan, Kakak Beradik Tarik-menarik Melawan Buaya
Baca juga: Laga Akhir Timnas U-19 Indonesia di Kroasia, Garuda Putih Vs Garuda Merah, Tercipta 5 Gol
Ternyata para pendaki gunung juga biasanya membawa bekal mi instan saat melakukan geiatan pendakian ke gunung.
Alasan paling umum memnbawa mi instan bagi pendaki adalah karena ringan, mudah dibawa dan mudah dimasak.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk menyajikan semangkuk mi instan.
Meskipun begitu ternyata mi instan tidak disarankan oleh ahli gizi untuk dijadikan bekal bagi pendaki.
Menurut Ahli Gizi Komunitas, dr Tan Shot Yen, mi instan memiliki kadar garam yang tinggi dan membuat seseorang bisa cepat haus.
"Kandungan garam yang tinggi membuat lekas haus dan malah bisa menimbulkan dehidrasi. Dalam satu bungkus mi instan memiliki kandungan garam 37 persen," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/9/2020).
Tak hanya karena mengandung garam yang tinggi, dr Tan juga membeberkan empat alasan lain agar mi instan tidak lagi menjadi bekal makanan ketika pendakian.
Berikut lima alasan sebaiknya mi instan tidak jadi bekal makanan saat mendaki gunung:
1. Kandungan garam yang tinggi
Satu bungkus mi instan, seperti penjelasan dr Tan, memiliki 37 persen kandungan garam.
Angka tersebut termasuk tinggi dalam produk makanan.
Kandungan garam yang tinggi itu mampu membuat seseorang atau pendaki merasa cepat haus.