Melihat Goa Jepang di Bali, Tempat Persembunyian Pekerja Romusha Kini Dijadikan Obyek Wisata
Dalam situasi pandemi ini kita tidak boleh tidur, kita harus bergerak untuk berikan semangat kepada masyarakat.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Kambali
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Mulai tahun 2019 lalu, Pemkab Klungkung menata rest area Goa Jepang untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata di Klungkung.
Goa Jepang merupakan salah satu cagar budaya dan tempat bersejarah yang berada di jalan raya Desa/ Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Agat lebih memperkenalkan lagi destinasi bersejarah itu, rencananya akan digelar event kuliner di rest area Goa Jepang.
"Dalam situasi pandemi ini kita tidak boleh tidur, kita harus bergerak untuk berikan semangat kepada masyarakat. Tempat ini (rest area goa jepang akan mulai kita bangkitkan dengan event-event yang akan diselenggarakan," ujar Bupati Klungkung saat menyambangi Goa Jepang, Jumat (23/10).
Baca juga: Event Kuliner Digelar di Goa Jepang Klungkung
Baca juga: Cegah Lonjakan Kasus Covid-19, Masyarakat Klungkung Diminta Tak Berwisata Keluar Daerah
Menurutnya, rest area Goa Jepang yang dibangun Pemkab Klungkung, menjadi daya dukung untuk diselengkarkaan berbagai event, sehingga layak untuk dikunjungi wisatawan.
"Kali ini Pemkab akan bekerjasama dengan Indonesia Cheff Association (ICA) Klungkung, akan mengadakan event yang erat kaitnya dengan masak memasak. Nanti loakan di kolasinya di rest area Goa Jepang, dan nanti disesuaikan dengan konsep yang akan diambil," ungkap Suwirta.
Pihaknya juga berharap acara ini segera terwujud dengan secara penuh menerapkan protokol kesehatan.
Pihaknya juga meminta kepada masyarakat sekitar untuk ikut menjaga Gos Jepang sehingga tetap terlihat bersih dan aman.
Baca juga: Guru Berkarya Klungkung Gelar Workshop & Sayembara Menulis Puisi Siswa SD se-Bali
Baca juga: Belum Semua Tanah Sekolah di Klungkung Bersertifikat,Maka Jadi Temuan BPK & Pengusulan Bantuan Sulit
Goa itu dibangun saat masa penjajahan jepang secara romusha (kerja paksa), sebagai tempat perlindungan diri penjajah Jepang.
Mulai tahun 2019, Pemkab mulai menata tempat tersebut untuk dijadikan destinasi wisata. (*)