TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Ratusan warga tumpah ruah mengikuti aksi damai di Monumen Puputan Klungkung, Selasa (3/11/2020).
Mereka mengecam pernyataan kontroversial anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Bali I Gusti Ngurah Arya Wedakarna alias AWK yang viral di media sosial dan dianggap menyinggung ranah kepercayaan masyarakat di Nusa Penida.
Waktu masih menunjukan pukul 06.00 Wita, saat sejumlah personel gabungan mulai dari kepolisian, TNI, hingga pecalang sudah berjaga ketat di depan Monumen Puputan Klungkung.
Ruas jalan dari Deponogoro dan Untung Surapati Klungkung pun ditutup menjelang datangnya massa dari Nusa Penida.
"Aksi damai disepakati digelar di depan Monumen Puputan Klungkung. Pengamanan, kami dibantu tim gabungan mulai dari kepolisian, TNI, Satpol PP dan Pecalang Desa Adat Semarapura," ujar Kapolres Klungkung AKBP Bima Aria Viyasa.
Personel kepolisian yang disiagakan lebih dari 500 personel, termasuk bantuan dari Polres Gianyar dan Polres Karangasem.
Sebanyak tiga mobil water canon turut disiagakan.
"Nanti dari pelabuhan, massa akan kami kawal hingga turun di Jalan Deponogoro. Lalu ada persiapan di Lapangan Puputan Klungkung sampai nanti aksi digelar di depan Monumen Puputan Klungkung," jelas Bima Aria.
Baca juga: Kisah Kesaktian Ratu Gede Mas Mecaling Dalem Ped, Dianugerahi Ajian Kanda Sanga hingga Panca Taksu
Rombongan massa tiba di Kota Semarapura sekira pukul 08.00 Wita.
Mereka menyebrang langsung dari Nusa Penida, dan tiba Kota Semarapura dengan diangkut 5 unit truck.
Masa yang hadir merupakan perwakilan dari berbagai elemen masyarakat di Nusa Penida, mulai dari tokoh masyarakat, Bendesa, Perbekel, Panitia Pura, hingga kelompok pemuda.
"Sesuai rencana awal, kami hanya datang perwakilan saja. Kami datang dengan damai, berkaitan dengan ucapan Arya Weda Karna yang menyentuh ranah kepercayaan masyarakat Nusa Penida. Pada dasarnya masyarakat Nusa Penida sangat damai, namun ada hal yang paling sensitif disentuh oleh AWK dengan ucapan arogan. Kami merasa sangat sakit dan tersinggung," ungkap Koordinator Aksi I Wayan Sukla dihadapan massa.
Dengan alunan gamelan baleganjur, masa beriringan berjalan ke depan Monumen Puputan Klungkung untuk berorasi. Mereka membawa berbagai atribut seperti poster dengan tulisan mengecam AWK.
Uniknya, warga yang hadir didominasi mengenakan atribut kain berwarna poleng (hitam putih).
Bagi masyarakat Nusa Penida, warna poleng memiliki nilai spirit dan sakral.