Guru Besar Virologi dan Biologi Mulekuler Unud Sarankan Pembelajaran Tatap Muka Ditunda

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana
Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ahli Virologi Unniversitas Udayana Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika

Dalam pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka, anak-anak sebenarnya tidak hanya diharapkan mendapatkan ilmu, tetapi juga sosialisasi dengan teman-temannya sebagai faktor penting dalam perkembangnan jiwanya. 

Oleh karena itu, jika sekolah nantinya dipaksa dibuka untuk pembelajaran tatap muka maka harus direncanakan dengan baik dan dampaknya harus dievaluasi setiap tiga minggu.

Evaluasi dilakukan dengan berbagai upaya, baik melaksanakan penggiliran siswa yang belajar tatap muka, setengah kelas bisa belajar langsung dan sisanya lagi bisa lewat daring di rumah.

Melalui cara ini, jumlah siswa yang melakukan pembelajaran di kelas dibuat seminimum mungkin.

Selain itu, ia juga menyarankan agar penggunaan air conditioner (AC) dalam pembelajaran tatap muka dikurangi dan seluruh jendela dan pintu di kelas harus dibuka.

Setiap orang yang berada di kelas juga disarankan oleh Mahardika agar memakai masker sehingga penyebaran Covid-19 dapat diminimalisasi.

"Tapi ya bagaimana mengawasi itu terutama pada anak-anak SD tentu kemudian mereka kurang disiplin, ini yang nanti akan jadi masalah," terang akademisi Fakultas Kedokteran Hewan Unud itu.

Sebagai upaya untuk mengawasi siswa, Mahardika menyarankan harus ada pengawas di sekolah yang secara khusus mengawasi protokol kesehatan yang dilakukan oleh anak-anak.

"Jadi harus ada satu atau dua orang guru yang setiap hari berkeliling untuk melihat apakah anak-anak itu tetap sesuai dengan protokol kesehatan (seperti) memakai masker, menghindari kerumunan dan kemudian cuci tangan," pintanya.

Tak hanya itu, dalam proses evaluasi pembelajaran tatap muka nantinya, Mahardika juga menyarankan agar pemerintah melakukan uji swab dengan mengambil beberapa sampel dari siswa dan orang tua yang di rumahnya.

Hal itu dilakukan karena bisa saja siswa yang sudah menjalani pembelajaran tatap muka menjadi orang tanpa gejala (OTG) dan nantinya berdampak pada orang tua yang ada di rumahnya.

"Ini yang memang harus dibuat (dan) direncanakan dengan benar dan apakah infrastruktur bisa mendukung itu," tanya Mahardika. (*)

Berita Terkini