Berawal dari Gunung, Berikut Kisah Bhatara-bhatari Awal di Bali

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur Pejeng, Gianyar.

“Nah 7 putra-putri dari Sang Hyang Pasupati inilah yang ditugaskan di Bali,” katanya.

Tujuannya agar Bali teteg dan tentram.

Bagi Ida pedanda, inilah menjadi awal dikenalnya istilah bhatara-bhatari di Bali.

Berasal dari putra-putri Sang Hyang Pasupati yang berstana di berbagai gunung di Bali.

“Memang agak sulit juga untuk menafsirkan, apalagi menentukan kapan beliau distanakan di Bali,” kata beliau.

Sebab zaman itu belum ada pura di Bali. Sehingga gunung sebagai tempat tinggi, dianggap suci sebagai tempat persembahyangan.

“Semua linggih beliau di gunung, hanya di Pejeng saja yang dataran rendah bukan gunung. Penafsiran saya untuk itu dibuatkan pratima bulan Pejeng atau nekara Pejeng yang secara internasional dikenal dengan sebutan ‘The Moon From Pejeng’ dan menjadi nekara terbesar di dunia,” jelas beliau.

Secara teologis, kata beliau, apabila benar bulan Pejeng untuk pratima Hyang Manik Galang.

Maka dimungkinkan usia pratima itu, sesuai dengan kedatangan bhatara-bhatari yang ditugaskan untuk menjaga Bali.

“Nekara itu sampai sekarang sudah lebih 2.500 tahun.  Berarti bhatara-bhatari yang dari Sang Hyang Pasupati mungkin datang sekitar lebih dari 2.000 tahun yang lalu,” sebutnya.  

Dan telah melinggih di Pulau Dewata. Dari penafsiran inilah, beliau memperkirakan awal bhatara-bhatari berstana di Bali dan awalnya di gunung karena belum ada pura di Bali.

Istilah pura hadir jauh setelahnya.

“Kalau istilah bhatara atau dewa itu, awalnya di Bali tidak ada juga. Awal prasasti abad ke-9 tidak ada bhatara tetapi yang ada adalah hyang,” jelas beliau.

Seperti penyebutan, Hyang Kari Mama, Hyang Api, dan sebagainya. Istilah pura atau tempat suci, juga belum ditemukan.

Tetapi pura untuk keraton atau istana sudah ada. Hal ini kurang lebih pada abad ke-9 dapat ditemukan di prasasti Blanjong.

Halaman
1234

Berita Terkini