Serba Serbi

Dang-Dung, Demikian Bunyi Kulkul Pejenengan Tanda Marabahaya Akan Datang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kulkul Pejenengan di Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung

Agar memberitahu ada apa gerangan.

“Saya bertanya dengan bahasa sederhana, siapakah gerangan yang hadir. Apakah Ida Bhatara di Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung, atau Sang Hyang Tohlangkir, atau mungkin Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling di Nusa Penida,” sebutnya.

Ternyata yang hadir, secara gaib adalah Ida Bhatara di Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung.

“Beliau bersabda waktu itu, agar saya setelah selesai pelatihan matur piuning (memberitahu) kepada Puri Saraswati, dan seluruh puri di Klungkung bahwa kulkul tidak boleh lagi disuarakan secara manual atau dipukul oleh manusia,” tegasnya.

Sebab beliau (kulkul) sudah bersuara gaib, dan itu sangat sakral atau dikeramatkan.

“Jika ditepak atau dipukul maka akan cemer jadinya kotor. Tujuannya supaya kulkul ini benar-benar suci dan sakral,” imbuhnya.

Beliau melanjutkan, bahwa akan berbunyi sendiri secara gaib saat ada pertanda bencana.

Beliau akan memberitahu panjak (masyarakat) Bali agar berdoa dan menghaturkan yadnya memohon keselamatan.

Akhirnya sejak 2011 kulkul ini tidak lagi dipukul atau disuarakan secara manual.

“Bahkan beliau (kulkul) memberitahu saya, agar dibuatkan duplikat kulkul lainnya. Dan duplikat itu yang ditepak atau disuarakan saat ada upacara Panca Yadnya di puri. Sehingga tetap ada suara kulkul ketika ada upacara di puri,” katanya.

Saat Tribun Bali mendatangi pura ini, ada kulkul di dalam bale kulkul di tegah pura.

Penjelasan pemangku, memang dua kulkul ini menunjukkan purusha dan pradana atau lambang lanang istri berdampingan.

Sejatinya kulkul itu, adalah lambang raja dan ratu secara niskala di Bali.

Duplikatnya sampai saat ini belum dibangun, karena masih mencari kayu yang tepat.

Mengenai suara, pemangku mengatakan memang tidak sama dengan kulkul lainnya.

Halaman
1234

Berita Terkini