Bahkan yang mendengar suara kulkul pun tidak sembarang orang.
“Suaranya dang-dung, dang-dung, itu ada pengertiannya yang sangat dalam. Dang itu depang (biarkan) dan dung itu bermakna tolong. Jadi maksud suara itu adalah meminta tolong agar membiarkan umat selamat dan jangan diambil,” jelasnya.
Beliau (kulkul) memohon agar jangan mengambil umatnya, saat terjadi bencana.
Berbeda dengan suara kulkul biasa yang memiliki batasan jarak pendengaran.
Kulkul pejenengan ini bahkan bisa terdengar sampai ke Jawa dan Lombok.
Suaranya bisa panjang, bisa pendek tetapi ritmenya hanya dua yakni dang-dung.
“Depang tulung, depang tulung, atau jangan diambil ini milik saya. Artinya begitu beliau bersuara, semua harus ngerastiti, nunas wangsuh pada beliau agar rahayu,” tegasnya.
Biasanya setelah beliau bersuara, maka pamedek akan ramai datang ke Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung.
Menghaturkan banten lalu sembahyang, memohon perlindungan.
Kemudian nunas tirta dan meminta perlindungan dengan gelang tridatu, sebagai simbol Tri Murti.
“Jika pamedek tidak membawa gelang tridatu, maka bisa minta di pura. Kalau bawa sendiri juga tidak masalah, nanti dipasupati di pura,” jelas pemangku.
Gelang tridatu ini pertanda, bahwa umat telah mendapat perlindungan beliau.
Benang tridatu sendiri ada artinya, sebagai simbol Trimurti.
Kekuatan tiga dewa nan agung, yakni Wisnu, Brahma, dan Siwa.
Sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, pemelihara, dan pelebur.