Satgas Minta Tes Swab Corona Dihemat, IDI Sebut Tak Boleh jika untuk Contact Tracing

Editor: Kambali
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban di Kantor IDI, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020)

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mempertanyakan pernyataan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo yang meminta dinas kesehatan masing-masing daerah menghemat pengadaan tes usap (swab PCR).

Sebabnya, pernyataan Doni tersebut belum jelas apakah untuk kepentingan pemeriksaan umum atau kepentingan pelacakan kontak Covid-19.

"Untuk mengomentari ini, saya belum tahu sebetulnya ini kebijakannya untuk yang mana? Kalau untuk sekadar check up general ya setuju saja (dihemat). Namun kalau untuk kontak tracing ya justru perlu dites," kata Zubairi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/12/2020).

Kendati demikian, ia menegaskan, jika untuk pelacakan kontak maka tidak boleh ada penghematan tes swab.

Baca juga: Perhatian: Dilarang Pesta Saat Malam Tahun Baru, Masuk Bali via Pesawat Wajib Tes Swab!

Hal tersebut, kata dia, karena virus dapat masuk ke tubuh manusia tanpa menyebabkan gejala maupun bergejala. Untuk itu keduanya sama-sama penting dilakukan tes.

"Untuk yang kontak tracing, walaupun asimtomatik atau tanpa gejala ya perlu lah dites. Kalau misalnya saya barusan ketemu dengan orang yang positif, meski saya tanpa gejala. Pertanyaannya apakah saya perlu diperiksa? Ya jawabannya perlu lah," jelas dia.

Zubairi berpendapat, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan semua negara juga telah sepakat melakukan tes sebanyak mungkin.

Tak hanya itu, tambah dia, dalam prosesnya juga diwajibkan adanya kontak tracing.

Zubairi mengatakan, ada beragam perubahan dalam penerapan tes Covid-19. Ia mengambil contoh Amerika yang terapkan perubahan-perubahan tes.

Baca juga: Wisatawan ke Bali Naik Pesawat Wajib Tes PCR Swab, Pelarangan Kerumunan Diperketat

Baca juga: Usai Tugas Pilkada, Puluhan Personel Polres Klungkung Swab Test

Mulanya, Amerika menerapkan bahwa semua pasien Covid-19 perlu diuji kontak tracing. Namun, pada Agustus 2020 Presiden Trump mengatakan bahwa pasien asimtomatik tidak perlu diuji.

"Trump bilang nanti kalau dites banyak nanti malah semakin banyak orang positif, dan seolah-olah membuat Amerika tampak buruk menghadapi pandemi. Tapi kemudian kan pada bingung di sana, jadi kemudian para ahli protes," ujarnya.

"Setelah protes bolak-balik, dan ada kritik para ahli, sekarang yang asimtomatik kalau terpapar ya harus dites kontak tracing. Kan supaya kita tahu orangnya siapa dan nanti dikarantina agar tidak menular," sambung dia.

Baca juga: Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Unggah Foto Test Pack, Rafathar Bakal Punya Adik?

Baca juga: Relawan Covid-19 Minta Masyarakat Tak Tiru Artis yang Tes Swab Tanpa Tenaga Medis, Ini Bahayanya

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo (kanan) memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3/2020). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz (NOVA WAHYUDI)

Sebelumnya, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo meminta dinas kesehatan masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota menghemat pengadaan tes usap (swab PCR).

Ia mengatakan, pengadaan tes usap semestinya mengacu pada ketentuan Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 1.000 orang per 1 juta penduduk dalam 1 pekan.

Rencana ini dikarenakan Doni menemukan provinsi yang dalam sepekan jumlah tes usapnya melebihi ketentuan WHO.

Baca juga: Pelanggar Prokes di Denpasar Capai 1.000 Lebih dalam 4 Bulan, Kasatpol PP Denpasar Khawatirkan Ini

Halaman
12

Berita Terkini