Misalnya, semua yang melakukan perjalanan, termasuk anak-anak, harus dites.
Tidak lengkapnya informasi yang beredar menimbulkan pelaku perjalanan resah hingga memilih membatalkan perjalanan.
"Kebijakannya belum terstruktur sudah diinformasikan sehingga menimbulkan keresahan. Itulah yang akhirnya berdampak pada cancellation," kata dia.
Berharap diajak diskusi
Maulana menyayangkan pemerintah yang tidak berdiskusi dengan mereka yang ada di sektor pariwisata.
Menurut dia, tak ada keberatan dari pelaku sektor wisata jika memang ada ketentuan tes usap atau swab test untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona.
Akan tetapi, ia menyayangkan keputusan itu disampaikan secara mendadak.
"Kami tahu masalahnya pandemi. Kami setuju, tapi harusnya pada saat sebelum memberikan informasi atau memutuskan kebijakan itu melibatkan kami, sehingga meminimalisasi risiko. Bukan kami menolak. Tapi kalau kondisi seperti ini kasihan banyak yang dirugikan," kata Maulana.
Baca juga: Driver Pariwisata Kecewa Kebijakan Masuk Bali Wajib Swab Test, Yogi: 80 Persen Cancel
Jika biaya tes usap bagi mereka yang sudah melakukan pemesanan tiket ditanggung pemerintah, menurut dia, akan lebih adil.
Namun, pembebanan biaya tes usap justru dibebankan kepada pelaku perjalanan akan memberatkan hingga berdampak pada pembatalan.
Dia menggambarkan, ada hotel-hotel di Bali yang hanya buka pada saat liburan, tidak buka 30 hari penuh atau sebulan.
Banyak terjadi PHK di perusahaan selama pandemi. Selain itu, banyak seniman dan orang-orang yang mata pencahariannya bergantung dengan momen liburan.
"Nggak ada solusinya. Mood-nya (traveller) sudah hilang. Ini menjadi pembelajaran, ini sudah terlalu sering seperti ini," kata dia.
Ke depannya, dia berharap pemerintah melakukan komunikasi dan diskusi dengan pelaku sektor pariwisata.
Dia juga mengingatkan, tiga bulan ke depan, sektor pariwisata akan mengalami low season. (Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nilai Refund Mencapai Rp 48,4 Miliar, Sekitar 133.000 Orang Batal ke Bali"