Namun konon jika berniat jahat, maka ada saja yang bisa dilihat pamedek di pura ini.
Untuk turun ke dasar goa, memang memerlukan penerangan seperti senter atau lampu dari handphone.
Sebab jalanan sangat gelap, dan di dekat sumber mata air ada beberapa kelelawar.
Semakin dalam semakin gelap, dan semakin terasa penggap karena oksigen semakin sedikit.
Ada aturan, agar pamedek yang malukat atau berendam tidak kencing di kolam. Sebab terkadang airnya diminum oleh pamedek lain.
Selain itu, saat masuk ke dalam kolam disarankan memakai pakaian dalam, sehingga suasana melukat lebih terasa.
Kolam ini diperuntukkan baik untuk pria ataupun wanita dengan kedalaman sekitar 60-70 Cm.
Piodalan di pura ini jatuh setiap Anggara Kasih Tambir pada hari Minggu.
Pura yang diperkirakan ada sejak zaman dahulu ini, dipercaya dapat membantu membersihkan diri dan menjernihkan pikiran.
Selain itu, ada pula yang percaya melukat di pura ini, bisa memberikan tamba (obat) bagi yang sakit, dan memohon tirta (air suci).
Awalnya bahkan air di dalam goa digunakan untuk kehidupan sehari-hari, namun belakangan hanya untuk pangkulatan atau pembersihan diri.
Jika goa peteng artinya goa yang gelap, maka alam dan tunjung mekar berarti melalui proses alam dan harapan seperti bunga teratai yang kembang sehingga banyak yang menginginkan dan mencari.
Di dalam goa ada dua jalan turunan menuju ke dasar, satunya untuk melukat dan satunya untuk nunas (meminta) tirta.
Pada goa yang menuju arah selatan, ada sumber air simbol purusa (laki-laki) dan pradana (perempuan).
“Nah goa ini lah yang untuk meminta tirta atau air suci saja, jalannya lebih landai dibanding turunan ke arah tempat melukat,” katanya.