"Jadi supaya cukong-cukong importir itu dipanggil sama bapak menteri. Apa kenaikan kedelai ini sandiwara di tengah Pandemi Covid-19," harap Khairun.
Sampai saat ini kata Khairun belum ada pihak dari pemerintah atau DPR RI yang memanggil mereka untuk berdiskusi.
Andalkan impor
Kenaikan harga tempe dan tahu di tahun 2021 ini dipicu dari ketergantungan impor Indonesia terhadap tiga negara produsen kedelai.
Pengamat pangan Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa sampai saat ini Indonesia masih bergantung bahan baku tempe dan tahu dari Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina.
Sedangkan, akhir tahun lalu Brazil sudah mengimpor besar-besaran kedelai kepada China jauh sebelum harga kedelai mulai merangkak naik.
Hal itu membuat pasokan impor kedelai di Brazil juga menipis.
Sementara itu di Argentina, akhir tahun lalu negara itu hadapi mogok besar-besaran dari petani.
Aksi mogok petani itu membuat pasokan kedelai Argentina terganggu. Hal itu membuat Argentina menyetop sementara keran impor kedelai guna memenuhi stok dalam negeri.
"Jadi yang masih terbuka tinggal Amerika Serikat. Tapi karena dua negara lain kesulitan ekspor maka harga kedelai naik tinggi," ujarnya dihubungi Sabtu (2/1/2021).
Saat ini kata Dwi harga kedelai memang mencapai puncak tertinggi sejak tahun 2014 lalu. Dimana harga 27 kg kedelai mencapai 13 USD.
Maka dari itu menurutnya yang dapat dilakukan produsen dan penikmat tempe hanya pasrah menunggu harga kedelai impor kembali normal.
Menurutnya hal ini akan terus terulang apabila kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan petani kedelai lokal terus dilakukan.
Sampai saat ini pemerintah enggan memberikan subsidi dan stimulus kepada petani kedelai lokal untuk bersaing dengan produk petani impor.
Terlebih pemerintah Indonesia membuka besar-besar keran impor kedelai. Hal itu membuat petani kedelai lokal semakin terjepit untuk bersaing dengan harga kedelai impor.