Berita Badung

Seorang Pria Bunuh Diri di Jembatan Suluban Pecatu, Sempat Kirim Pesan WA kepada Kekasihnya

Penulis: Zaenal Nur Arifin
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses evakuasi Tim SAR terhadap DS yang melakukan bunuh diri di jembatan Suluban, Pecatu, Kuta Selatan, Badung.

Ia tak sendiri menulis buku tersebut, namun bersama dengan psikiater muda lainnya, Cokorda Bagus Jaya Lesmana.

Dalam buku yang tebalnya 148 halaman diuraikan kasus bunuh diri di Bali meningkat signifikan sejak 2000, data tersebut diambilnya melalui surat kabar.

Baca juga: POPULER BALI: Sisi Gelap Pelaku Pembunuhan Teller Bank | Bentrok Antarwarga di Sesetan

Baca juga: POPULER BALI Pria di Denpasar Meninggal Usai Berkencan| Biofarma Bakal Kirim Vaksin Covid-19 ke Bali

Baca juga: POPULER BALI: Polisi Selidiki Pelaku Pembunuhan Pegawai Bank | Pariwisata Bali Makin Kelabu

Sebagian besar dari mereka benar-benar ingin meninggal dengan cara gantung diri.

Bagi Suryani sendiri bunuh diri merupakan masalah yang kompleks. Itu menjadi tanggung jawab bersama bukan satu orang atau kelompok.

“Pemerintah harus menaruh perhatian khusus dengan memprogramkan hal ini dalam kinerjanya,“ katanya.

Menurutnya penanganan dan penyelesaiannya pun memerlukan pendekatan holistic, pendekatan biopsiko spirit-sosial budaya.

Pendekatan yang memandang manusia tidak hanya terdiri dari fisik dan mental saja, tetapi juga terdiri atas spirit dan dipengaruhi oleh sosio budaya yang membesarkannya serta kebesaran dari Tuhan.

Jika dilihat jumlah kasus bunuh diri tertinggi, yaitu pada tahun 2004 mencapai sekitar 207 kasus boleh dikatakan masyarakat Bali dalam keadaan sakit.

Maka dari itu keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja Langkah cepat diperlukan untuk menyelamatkan muncul-muncul korban-korban baru. 

Salah satunya dengan tidak tindakan nyata dari pemerintah, kiranya perlu digerakkan oleh masyarakat untuk peduli dengan dirinya, peduli dengan keluarga, kalau tidak ingin banyak ada korban.

“Penerangan dan pembinaan pada masyarakat dapat dilakukan oleh psikiater, psikolog, sosiolog, agamawan, pendidik, seniman, media cetak dan elektronika. Dan hal tersebut sangat berperan membantu masyarakat akan pentingnya menumbuhkan keberanian untuk menghadapi kehidupan ini,” tutupnya.

Berikut angka kematian akibat dari bunuh diri pada 20 tahun (2000-2020) di Provinsi Bali menurut data dari Suryani Institute For Mental Health.

Tahun 2000 terdapat 106 kasus,
Tahun 2002 sebanyak 91 kasus,
Tahun 2002 sebanyak 79 kasus,
Tahun 2003 sebanyak 103 kasus,
Tahun 2004 sebanyak 207 kasus,
Tahun 2005 sebanyak 109 kasus,
Tahun 2006 sebanyak 155 kasus,
Tahun 2007 sebanyak 145 kasus,
Tahun 2008 sebanyak 103 kasus,
Tahun 2009 sebanyak 146 kasus,
Tahun 2010 sebanyak 118 kasus,
Tahun 2011 sebanyak 119 kasus,
Tahun 2012 sebanyak 109 kasus,
Tahun 2013 sebanyak 88 kasus,
Tahun 2014 sebanyak 119 kasus,
Tahun 2015 sebanyak 117 kasus,
Tahun 2016 sebanyak 92 kasus,
Tahun 2017 sebanyak 79 kasus,
Tahun 2018 sebanyak 82 kasus,
Tahun 2019 sebanyak 60 kasus,
Tahun 2020 sebanyak 65 kasus (per 11 Desember 2020).

(*)

DISCLAIMER: 

Halaman
123

Berita Terkini