“Relawan bukan hanya mereka yang pemilik atau penggarap sawah, tapi memang ada yang secara sukarela terlibat dalam kegiatan itu,” katanya.
Menurutnya tidak ada paksaan untuk terlibat langsung dalam perbaikan dan pengurugan JUT.
Semua dilakukan secara sadar tanpa paksaan.
“Bagi mereka yang tidak bisa ikut mengerjakan, karena mungkin ada kegiatan lain, boleh saja. Semua dilakukan secara sukarela,” tuturnya.
Ia pun mengakui, perbaikan jalan itu dilakukan seminggu sekali secara gotong royong.
Pihaknya menjelaskan, pengerjaan dilakukan setiap hari Minggu, mulai pukul 15.30 Wita sampai pukul 18.00 Wita.
“Kami berharap agar jalan segera baik, agar bisa dimanfaatkan petani juga,” harapnya.
Sementara, dikonfirmasi terpisah, Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Wayan Wijana, membenarkan pernah ada usulan untuk perbaikan JUT di Munduk Dangka, Subak Bernasi Canggu.
“Memang dulu pernah ada usulan secara lisan dan sudah ditindaklanjuti dengan pengecekan ke lapangan,” kata Wijana.
Dari pengecekan ke lapangan tersebut, katanya, jalan yang diusulkan tidak memenuhi kriteria sebagai JUT melainkan lebih kepada jalan lingkungan.
“Karena jalan yang diusulkan mengarah ke jalan lingkungan bukan JUT, karena lebar lebih dari 2 meter. Maka rencananya diarahkan ke PUPR,” jelasnya
Wijana mengaku, karena kondisi keuangan yang belum memungkinkan, sampai sekarang jalan tersebut belum bisa ditindaklanjuti.
“Karena kondisi keuangan hingga belum bisa ditindaklanjuti,” katanya.
Kendati demikian, pihaknya mengapresiasi upaya yang dilakukan petani bersama relawan.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada krama subak di sana karena telah mampu mewujudkan pembangunan sarana pertanian secara swadaya. Saat ini kami memang belum menganggarkan JUT di daerah ini dan ke depan akan menjadi salah salah satu yang akan kami usulkan dan koordinasikan,”ucapnya. (*).