Lebih Dekat dengan Komang Gede Sanjaya, Bupati Tabanan Terpilih yang Bergelar 'Doktor Pasraman'

Penulis: I Made Prasetia Aryawan
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

I Komang Gede Sanjaya. Lebih Dekat dengan Komang Gede Sanjaya, Bupati Tabanan Terpilih Bergelar Doktor Pasraman

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Tak banyak pejabat publik seperti bupati yang mampu meraih gelar doktor. Dari yang langka itu, satu di antaranya adalah bupati Tabanan terpilih Dr I Komang Gede Sanjaya SE., MM.

SANJAYA lahir dan besar di Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan.

Saat ini sosoknya lebih dikenal sebagai pejabat Pemkab Tabanan yakni Wakil Bupati Tabanan, dan sekarang menjadi Bupati Tabanan terpilih periode 2020-2024.

Padahal Sanjaya sebelumnya lebih banyak berpengalaman di bidang accounting dan bisnis properti yang sudah digelutinya sejak muda.

Sanjaya merasa sangat beruntung memiliki bakat bergaul dengan semua kalangan dan dibebaskan bergaul oleh orangtua sejak kecil hingga dewasa.

Selama perjalanan hidupnya ia tak pernah memandang suku ras dan agama dalam hal bergaul.

Semua orang menurutnya adalah rezeki yang berwujud teman.

Alhasil jumlah temannya tak bisa dihitung karena saking banyaknya, yang berasal dari berbagai kalangan. 

"Semua itu adalah teman saya. Itu dalam sebuah prinsip dalam hidup saya," ujar Sanjaya kepada Tribun Bali

Pria kelahiran 4 Oktober 1966 ini menyelesaikan sekolahnya sejak TK hingga SMA di Tabanan.

Setelah tamat SMA, Sanjaya mendapat saran dari keluarganya untuk kuliah di jurusan ekonomi.

"Dengan harapan nantinya bisa bekerja di perbankan," tuturnya. 

Komang Gede Sanjaya didampingi istri Rai Wahyuni serta dua anaknya, Rabu (9/12/2020). (Tribun Bali/Made Prasetia Aryawan)

Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Warmadewa Denpasar dengan mengambil jurusan ekonomi.

Namun ketika lulus kuliah, Sanjaya justru bukan ke perbankan. Ia bekerja di hotel sebagai accounting dengan modal gelar Sarjana Ekonomi.

"Kalau bukan kerja di hotel, bukan orang Bali saat itu. Karena dulu zaman itu, hotel merupakan primadona," katanya.

Setelah beberapa tahun kerja di hotel sebagai accounting, sekitar tahun 1993 tiba-tiba dirinya diminta berhenti oleh salah satu keluarganya.

Ia disarankan untuk menempuh pendidikan lagi di managemen properti.

"Waktu itu saya sempat bingung, ketika lagi nyaman kerja di hotel diminta untuk berhenti dan melanjutkan kuliah lagi. Akhirnya saya meminta saran dan koordinasi kepada keluarga. Astungkara keluarga saya mendukung. Saya diminta untuk mencari ilmu setinggi-tingginya untuk bekal hidup. karena saat itu saya juga masih muda dan belum menikah," ungkapnya. 

Sanjaya pun memantapkan diri berangkat ke Jakarta untuk mengambil studi managemen properti selama setahun.

Tahun 1994, ia memulai merintis usaha properti menjadi developer (pengembang) seperti menjual tanah kapling, perumahan, dan sebagainya yang berhubungan dengan properti.

“Saat itu, menjadi developer adalah pilihan yang baik, karena usaha properti sedang booming,” tandas Sanjaya, yang sukses menjadi developer dan jaringannya pun makin luas.

Hingga akhirnya reformasi bergulir di tahun 1998.

Saat itu, teman-temannya mengajak Sanjaya ikut mengisi gerakan reformasi untuk membuat sebuah perubahan.

Tapi pada masa awal reformasi itu Sanjaya belum ingin terjun ke dunia politik.

Ia lebih memilih menjadi donatur untuk gerakan reformasi.  

Penjual Es dan Pencari Batu Kali Itu Kini Jadi Bupati Jembrana, Begini Perjalanan Hidup Nengah Tamba

Terjun ke Dunia Politik
Beberapa tahun berselang, teman-temannya kembali datang kepada dirinya untuk terjun ke dunia politik.

Dengan pertimbangan matang, ia akhirnya menerima tawaran tersebut.

Ia pun langsung didaulat menjadi pengurus anak ranting PDIP di Banjar Dauh Pala, tempat kelahirannya. 

"Jadi awalnya sekitar usia 35 tahun saya didaulat menjadi pengurus anak ranting. Jadi saya dari bawah sekali, bisa dibilang dari bayilah," ucap Sanjaya, mengisahkan awal dirinya menjadi kader PDIP. 

Ketika jadi pengurus anak ranting dirinya mulai bisa melihat perbedaan bagaimana dari segi memanage antara dunia properti dengan dunia politik.

Dia mengungkapkan, di dunia properti yang digunakan adalah ilmu pasti, tapi di politik tak bisa menggunakan ilmu pasti.

"Ibaratnya jika di dunia properti 2x2 itu hasilnya 4, jika di politik 2x2 itu tak menentu, bisa menjadi 20. Nah dari sana saya baru mengetahui perbedaan memanagenya," jelasnya.

I Komang Gede Sanjaya. (Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan)

Tahun 2009 untuk pertama kalinya Sanjaya mengikuti pemilihan umum yakni pemilihan legislatif.

Saat itu ia lolos menjadi anggota DPRD Tabanan.

Tak sampai setahun, ada perhelatan pesta demokrasi lagi yakni Pilkada Tabanan 2010.

Sanjaya ditunjuk menjadi calon Wakil Bupati Tabanan mendampingi calon Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti.

"Jadi kurang dari setahun saya di DPRD Tabanan, kemudian didaulat jadi calon Wakil Bupati Tabanan pada 2010 dan terpilih. Hingga akhirnya saya dua periode mendampingi Ibu Eka," tuturnya. 

Keberhasilaan tersebut juga mendapat apresiasi dari PDIP Tabanan. Sanjaya yang dulunya hanya pengurus ranting, pada 2014 dipilih menjadi Ketua DPC PDIP Tabanan hingga sekarang.

Program Doktor
Di sela-sela menjadi Wakil Bupati Tabanan dua periode 2010-2020 serta Ketua DPC PDIP Tabanan, ia berhasil menyelesaikan program Doktor (S3).

Ia menyelesaikan gelar Doktor di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar pada September 2018. 

Bahkan Sanjaya menjadi lulusan terbaik program Doktor (S3) pada Wisuda ke-XXVI di IHDN Denpasar.

Ia lulus meraih predikat Cum Laude dengan IPK 3,79. 

Prestasi tersebut diraih setelah keberhasilannya menjalani program Doktor (S3) dengan disertasinya yang berjudul “Sistem Pendidikan Agama Hindu Berbasis Pasraman Dalam Meningkatkan Karakter Siswa di Kabupaten Tabanan”.

Penjual Es dan Pencari Batu Kali Itu Kini Jadi Bupati Jembrana, Begini Perjalanan Hidup Nengah Tamba

Sanjaya mengaku perjuangan untuk menyelesaikan pendidikan akademik tertinggi ini lumayan berat.

Apalagi ditambah dengan kesibukan mengabdi sebagai pemimpin di Tabanan dan juga dalam perhelatan Pilgub Bali Juni 2018 lalu.

Namun berkat dukungan semua pihak, setelah menempuh pendidikan selama 6 tahun, akhirnya ia berhasil menuntaskannya.

Sanjaya pun disebut sebagai “Doktor Pasraman” berkat disertasinya yang mengangkat soal pasraman.

“Pasraman punya peran strategis dalam pendidikan karakter generasi muda Hindu di Bali. Di tengah adanya penurunan karakter, disharmonisasi generasi muda di Tabanan, maka pasraman bisa berperan menguatkan kembali pembangunan kararakter,” terangnya.

Di tengah-tengah perhelatan Pilkada 2020 lalu, Sanjaya pun merilis sebuah buku yang ditulisnya dengan judul “Sistem Pendidikan Agama Hindu Berbasis Pasraman.”

Kini Sanjaya bersiap memimpin Tabanan setelah dirinya terpilih dan ditetapkan oleh KPU sebagai Bupati Tabanan periode 2020-2024.

Ia akan dilantik pada 17 Februari mendatang.

Sebagai “Doktor Pasraman”, salah satu program Sanjaya adalah membangun pasraman sebanyak-banyak di Tabanan.

Selain juga mewujudkan janji memperbaiki infrastruktur jalan dalam waktu satu tahun. (made prasetya aryawan)
 

Data Diri
Nama : Komang Gede Sanjaya

Lahir : Dauh Pala, 4 Oktober 1966

Alamat : Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan.

Jumlah anak : 2 Orang

Nama istri : Ni Ketut Rai Wahyuni

Riwayat pendidikan
SD Negeri 2 Dauh Peken lulus 1980

SMP Negeri 2 Tabanan lulus 1983

SMA TP 45 lulus 1986

S1 Universitas Warmadewa lulus 1991

S2 STIE Triatma Badung lulus 2009

S3 Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar lulus 2018

Karier Politik di PDI Perjuangan
Anak Ranting Banjar Dauh Pala 2000-2005

Bendahara PAC Kecamatan Tabanan 2005-2010

Ketua DPC Tabanan 2015 sampai sekarang

Karier di DPRD 
2009-2010 Anggota DPRD Tabanan

Karier di Pemkab Tabanan

2010-2015 Wakil Bupati Tabanan

2015-2020 Wakil Bupati Tabanan

(*)

Berita Terkini