Serba serbi

Banyu Pinaruh, Makna Suci Pembersihan Diri Setelah Saraswati

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat Hindu berdatangan di Pantai Padang Galak, Kesiman, Denpasar Timur untuk melaksanakan prosesi Banyu Pinaruh, pada Minggu (5/7/2020).

Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah Hari Raya Saraswati, yang dirayakan pada Sabtu 30 Januari 2021, maka hari ini, Minggu 31 Januari 2021, adalah perayaan banyu pinaruh.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, menjelaskan bahwa hari ini adalah prosesi pembersihan diri agar ilmu pengetahuan yang didapat ketika hari raya Saraswati, menjadi suci dan bersih. 

Sejak dahulu kala, di Bali ketika perayaan Banyupinaruh, mesti umat melakukan pembersihan diri atau mandi ke sumber air.

"Bisa dilakukan ke segara (laut), atau ke danau, atau juga ke campuhan yang ada mata airnya," jelas beliau kepada Tribun Bali.

Namun jika semua sumber air tidak ada, atau jaraknya tidak dekat, maka bisa juga dilakukan pembersihan diri di rumah masing-masing. 

Lahir Banyu Pinaruh, Menjadi Pelindung Bagi Orang Sengsara, Begini Perjalanan Hidupnya

Melukat Physical Distancing Saat Banyu Pinaruh di Tirta Pecampuhan Bangli

Pelukatan Banyu Pinaruh di Tirta Pecampuhan Sala Bangli Terapkan Protokol Kesehatan

Pendiri/pembina Pasraman Bhuwana Dharma Shanti ini, menyebutkan jika dilakukan di rumah bisa dengan air kumkuman.

Yang dibuat ketika piodalan Saraswati.

Sisanya dipakai untuk upacara banyupinaruh keesokan harinya, yaitu hari ini.

Air ini digunakan untuk mandi, keramas, berkumur, dan sebagainya sehingga badan benar-benar bersih. 

Intinya untuk malukat, harus dilakukan di luar merajan. Hanya maketis tirta yang boleh dilakukan di merajan.

Cara membuat air kumkuman, juga tidaklah sulit.

Beliau menjelaskan cukup dengan asap dari majegau, cendana, kemudian diisi garam, gula dan kemenyan. Semuanya dibakar dan dipanaskan sampai mengeluarkan asap mengepul. 

Setelahnya, asap tersebut ditutup oleh wadah payuk dari tanah liat sampai asap terkumpul di dalamnya.

Wadah itu lalu disiram dengan air, dan dilakukan terus menerus saat asap masih tebal.

"Kemenyan itu penting untuk menghilangkan kuman," tegas ida rsi.

Setelah jadi cukup banyak, air itu kemudian ditambahkan dengan bunga-bungaan agar semakin harum.

Pandan arum juga boleh. Cempaka dan bunga lainnya, sangat memberikan vibrasi indah nan positif. 

Beliau menjelaskan, dengan adanya keindahan dan kebersihan dalam diri.

Maka ilmu pengetahuan akan menjadi baik dan berguna dalam mengantarkan umat ke hal yang bijaksana. Sehingga esensi dari semua urutan hari raya dalam Agama Hindu, memang memiliki makna tersendiri dan saling berkaitan.

Tidak lupa beliau memberitahu, agar umat sembahyang di pamerajan masing-masing. Memohon tuntunan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 

Sebelum Saraswati, adalah hari Watugunung Runtuh Kajeng Kliwon Pamelas Tali.

Hari di mana kebodohan dan keserakahan jatuh dan kalah. Setelah itu, datanglah hari Saraswati, hari di mana ilmu pengetahuan turun ke bumi melalui Weda.

Mengisi nurani dan akal pikiran manusia dengan kecerdasan, agar tidak mudah dibodohi, dibohongi, dan diarahkan ke jalan sesat. 

"Sebab pengetahuan tanpa kebijaksaan dan sebaliknya, akan berujung sesat dan liar," tegas beliau. Maka dari pada itu, setelah Saraswati adalah Hari Raya Pagerwesi. Namun sebelumnya adalah Banyupinaruh. Menghilangkan segala hal buruk dari dalam diri, dan hanya menyisakan ilmu pengetahuan saja. Dengan pengetahuan yang baik dan benar, niscaya hak material berupa kekayaan akan datang dengan sendirinya. 

"Kemudian Soma Ribek, memenuhi dua konsep. Pengetahuan penuh dalam diri kita dan pengetahuan benar yang beretika, sehingga materi yang cukup baik sandang, pangan, papan, akan selalu disyukuri," kata beliau.

Semua ini baru nantinya dijaga saat Pagerwesi, menjaga pengetahuan kehidupan perilaku yang baik dan dipakai seterusnya selama hidup di dunia. Makanya Pagerwesi disebut pula Galungan kedua dan sama pentingnya dengan Galungan. (*)

Berita Terkini