"Beberapa pemilik hotel ada yang langsung bilang ke saya (hotelnya dijual), dan menawarkan siapa tahu saya punya networking investor yang akan membelinya. Beberapa secara diam-diam (jual hotel) ya karena ini adalah rahasia perusahaan. Kalau yang pailit memang ada,” ujar Rai Suryawijaya.
Menurut dia, puluhan hotel yang dijual itu mulai dari hotel bintang tiga, bintang empat, bintang lima serta vila.
"Bintang tiga banyak yang ingin menjualnya. Pilihannya mereka tutup atau jual. Paling banyak di Badung khususnya wilayah Kuta, Jimbaran dan juga ada di Nusa Dua tapi di daerah lain juga ada," jelas Rai Suryawijaya.
Ia mengatakan, investor asing yang melirik hotel di Bali berasal dari Eropa dan Amerika karena Pulau Dewata masih dianggap aman dan nyaman untuk berinvestasi jangka panjang.
Tapi sejauh ini belum ada investor yang sepakat membeli hotel di Pulau Dewata.
"Mereka berpikir mungkin setelah tahun 2022 bisa. Masih dalam negosiasi, masih dalam proses. Kalau kemauan berinvestasi di Bali banyak yang tertarik," urainya.
Investor asing berminat terhadap properti hotel atau resort di pinggir pantai dan memiliki akses langsung ke pantai.
Investor lokal juga berminat membeli tapi lebih pada budget hotel sesuai kemampuan mereka.
Tiga Hotel Dinyatakan Pailit
Wakil Ketua DPP Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) I Made Ramia Adnyana menyatakan sampai saat ini pihaknya belum menerima data pasti tentang hotel di Bali yang akan dijual.
"Setahu saya ada dua sampai tiga hotel yang dinyatakan pailit. Tetapi saya belum menerima informasi pasti kalau ada puluhan hotel dijual. Saya tidak mau memberikan komentar lebih lanjut terkait itu," ujar Ramia Adnyana saat ditemui di H Sovereign Bali, Jumat 5 Februari 2021.
Menurutnya, di Kabupaten Badung ada tiga hotel yang dinyatakan pailit dan tidak berhak menerima dana hibah pariwisata dari pemerintah pusat.
"Itu sudah diklarifikasi oleh Pemkab Badung, tapi saya tidak tahu kalau ada beberapa hotel lainnya yang sudah dinyatakan pailit. Tiga hotel pailit itu setahu saya, tapi saya tidak tahu pasti mungkin karena faktor-faktor tertentu sehingga dinyatakan pailit tapi bukan karena pandemi Covid-19," ungkapnya.
Saat ini diakuinya okupansi hotel di Bali yang menjadi anggota IHGMA hanya satu digit dan menjelang Tahun Baru Imlek belum terlihat adanya peningkatan okupansi.
"Rata-rata teman di hotel ini masih single digit okupansinya,” ujarnya.