TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pengusaha hotel di Kabupaten Gianyar, Bali, sudah babak belur akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Banyak hotel yang pertahanan finansialnya hanya mencapai satu atau dua tahun, dan tak sedikit pula yang kini bertahan dengan jalan menjual aset.
Karena itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar, sangat membutuhkan pinjaman lunak pemerintah.
Namun demikian, mereka meminta supaya pembayaran pertama pinjaman tersebut, bisa dilakukan dua tahun mendatang.
• Terpukul Pandemi, Hotel Bintang 5 Ini Jualan Nasi Bungkus Ala Pedagang Kaki Lima, Seporsi Rp 7 Ribu
• PSBB Jawa-Bali Berpotensi Menurunkan Kunjungan Wisatawan, PHRI Sebut Tak Ada Pilihan Lain
• Dukung Pemerintah Tutup Pintu Masuk untuk WNA, PHRI Badung Sebut Pengaruh Bagi Bali Sedikit
Sebab, jika pinjaman tersebut diberikan saat ini, dan pembayarannya harus bulan depan, pinjaman tersebut justru akan menjadi beban pengusaha.
Ketua PHRI Gianyar, Pande Adit membenarkan hal tersebut.
Kata dia, sebelum kunjungan wisatawan mancanegara dibuka, satu-satunya yang dapat meringankan beban pengusaha perhotelan adalah pinjaman lunak dari pemerintah.
"Seperti diketahui, kami selaku pemilik usaha perhotelan, sudah hampir setahun puasa pendapatan. Lalu pengeluaran listrik, gaji staf dan sebagainya terus jalan. Tentunya juga, masing-masing perusahaan kan memiliki kekuatan yang berbeda," ujarnya.
"Ada yang bisa bertahan setahun atau dua tahun, dan ada yang cuma tinggal menghitung bulan. Bahkan ada yang sudah menjual aset, serta ada yang ancang-ancang menjual hotelnya," imbuhnya.
"Dengan adanya pinjaman lunak, tentunya akan bisa membantu. Tapi, kami harapkan pembayarannya bisa dimulai dari dua tahun nanti. Karena kan sekarang saja sampai akhir tahun belum diketahui apakah akan ada tamu atau tidak," harapnya.
Adit menilai, masa tenggang pembayaran pertama dua tahun ke depan, merupakan waktu yang paling realistis.
"Kalau bulan ini dikasi pinjaman, tapi bulan berikutnya sudah harus bayar, itu sama dengan gali lubang tutup lubang. Bahkan hal itu hanya akan membuat perusahaan lebih susah. Jangankan bulan depan sudah harus bayar, enam bulan pun belum tentu kita punya uang untuk bayar itu. Menurut saya, jangka waktu dua tahun lah yang paling realistis," ujarnya.
Adit menegaskan, pinjaman tersebut selain untuk membantu pengusaha.
Hal ini juga untuk bisa mempertahankan lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
"Pinjaman ini untuk menyambung hidup kami sebagai pengusaha dan supaya lapangan kerja untuk masyarakat terus bisa kami pertahankan," tandasnya.