Magot ini kemudian ia manfaatkan untuk pakan ternaknya seperti burung dan ayam kampungnya.
Selain banyak manfaat dari kegiatan ini, selain pupuk dan pakan ternak juga menjaga lingkungan dari serangan sampah.
"Jujur sekarang saya jika lihat sampah plastik sangat jengkel sekali. Setiap saya lihat sampah sekarang langsung saya ambil dan saya masukan saku baju atau celana agar tak sembarangan lagi," ungkapnya.
Disingung mengenai sampah plastik dibawa kemana, Widastra menyatakan untuk sampah plastik yang sudah dipilah diserahkan ke Bank Sampah yang dikelola Desa Bengkel.
Dia menegaskan sebenarnya aampaj itu sangat menghasilkan jika kita sadar akaan lingkungan bisa mengolahnya.
Sehingga diharapkan, kedepannya seluruh masyarakat terutama di Desa Bengkel agar mengolah sampahnya sendiri lewat komposter.
Jika sudah merasakan manfaatnya komposter ini akan menjadi kebutuhan.
"Mari sama-sama kelola sampah sendiri demi kebaikan alam," ajaknya sembari mengatakan akan membuat budidaya magot.
Baca juga: Minimalisir Sampah Ke Laut, Desa Bengkel Tabanan Bali Pasang Trash Barier
Baca juga: Empat Hari Terakhir, Sampah Kiriman di Sepanjang Pantai Samigita Badung Capai 480 Ton
54 KK Sudah Miliki Komposter
Sementara itu, Perbekel Desa Bengkel, I Nyoman Wahya Biantara menyebutkan, saat ini sudah ada 54 KK yang memiliki komposter pengolahan sampah di Desa Bengkel.
Komposter yang didapat diberikan desa karena memperoleh CSR.
Namun ada pula yang membuat sendiri.
"Komposter yang lebih banyak diminati warga yang pengolahan limbah dapur karena menghasilkan magot. Dan magot ini diberikan ke ternak mereka mengingat sebagian besar warga memiliki ternak," ujarnya.
Dengan adanya program ini, masyarakat diharapkan lebih peduli lagi terhadap penanganan sampah.
Terlebih lagi, tahun ini pihak desa sudah menganggarkan penanganan sampah.
Nantinya setiap rumah tangga akan diberikan tempat memilah sampah.
Pengolahan sampah yang organik, dan non organik diolah satu sumber di TPS 3R.
"Kita sudah rancang, bulan depan mulai kita distribusikan tempat memilah sampah. Kita lakukan terpusat karena sampah yang dikumpulkan di komposter banyak ulat banyak masyarakat takut makanya nanti kita akan olah terpusat," tandas Nyoman Wahya Biantara.