Berita Bali
Alumni Dokter FK UNUD Angkatan 85, Adakan Kegiatan Arisan Antibodi Covid Untuk Uji Coba Vaksin Covid
Alumni Dokter lulusan FK UNUD angkatan tahun 1985 melakukan diskusi masalah kesehatan lewat group Whatsapp
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Alumni Dokter lulusan FK UNUD angkatan tahun 1985 atau yang sering disebut angkatan Olfactorie yang dipercaya sebagai Kelian melakukan diskusi masalah kesehatan lewat group Whatsapp.
Ketika dikonfirmasi, Dr.dr.I.B.G. Fajar Manuaba, SpOG, MARS selaku Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Wilayah Bali menjelaskan bahwa, peristiwanya berawal dengan adanya kedukaan dari seorang teman angkatan Olfactorienya terpapar Covid-19 setelah vaksin pertama kemudian bertambah parah dan meninggal.
Kemudian ia dan sesama teman dokternya dalam satu angkatan timbul pertanyaan kenapa bisa sudah vaksin terkena Covid-19, apakah antibodi tidak terbentuk ?
Kejadian ini pun juga serupa dengan kepala daerah di Jawa Tengah yang positif Covid-19 setelah menerima vaksin Covid-19.
Baca juga: Apakah Vaksin Sinovac Menjamin Seseorang Terbebas dari Covid-19? Berikut Penjelasan dr. Fajar
Baca juga: Terawan Akhirnya Bicara Dan Tanggapi Soal Vaksin Covid-19 Nusantara, Sebut Sangat Aman
Baca juga: 4.592 Dosis Vaksin Covid-19 Telah Disuntikkan di Jembrana Bali
"Tentu saja hal tersebut meninggalkan kedukaan pada sahabat kami alumni dokter angkatan tahun 1985 Fakultas Kedokteran UNUD menjadi pertanyaan besar. Justru musibah yang menimpa teman kami satu angkatan adalah suatu pembelajaran. Pertanyaan yang muncul dipikiran kami dalam satu angkatan benarkah vaksinasi mampu menimbulkan antibodi melawan Covid-19 ?," jelasnya, Kamis 11 Maret 2021.
Sementara, lanjut, dr. Fajar dari jurnal kedokteran masih belum ada kepastian kapan sebaiknya melakukan pemeriksaan antibodi apakah 14 hari setelah vaksin kedua atau 28 hari dari vaksin kedua.
Saat ini fasilitas laboratorium sudah mampu mengukur kadar anti SARS-CoV-2 (antibodi Covid-19) secara kuantitatif.
Kuantitatif artinya hasilnya sudah berupa angka pasti bukan seperti tes rapid yang sifatnya reaktif dan non reaktif berdasarkan garis yang muncul di kit pemeriksaan.
"Kami sebagai Kelian angkatan Olfactorie mengajak teman-teman saling terbuka untuk menampilkan hasil pemeriksaan kadar anti SARS-CoV-2 secara kuantitatif. Sekalian juga membuktikan kami bertugas di provinsi yang berbeda apakah hasilnya beda. Maka dari itu, upaya ini kami sebut Arisan Antibodi Covid-19," terangnya.
Alasannya memberi nama Arisan Antibodi Covid-19 dikarenakan pihaknya melakukan pemeriksaan secara sukarela dan biaya sendiri namun hasilnya kadar kualitatifnya tidak diketahui, jadi sekilas mirip lotre saat arisan.
Jadwal yang telah ia sepakati bersama rekan-rekan dokter lainnya adalah 28 hari setelah vaksinasi kedua karena memang belum ditentukan secara pasti oleh jurnal ilmiah kedokteran.
"Bagi kami yang penting dapat informasi awal sambil share pengalaman. Ternyata hasilnya di luar dugaan amat bervariasi dari 6,8 sampai diatas > 250 U/ml. Hasil > 250 U/ml artinya antibodi yang terbentuk melebihi 250 U/ml sehingga tidak bisa dideteksi oleh alat laboratorium. Rekor ini dipegang oleh dua orang dokter spesialis jantung di Surabaya dan dokter spesialis penyakit dalam di Denpasar," paparnya. (*).