TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Rest Area Perbatasan Klungkung-Gianyar di Desa Tusan, Banjarangkan, Klungkung, Bali, sampai saat ini belum dilengkapi kamera pengawas CCTV.
Sehingga beberapa fasilitas pendukung seperti lampu dan keran air kerap hilang diambil oleh tangan jail.
Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, sempat melakukan pemantauan ke Rest Area Perbatasan Klungkung-Gianyar di Desa Tusan, Banjarangkan belum lama ini.
Ia pun menerima laporan jika beberapa fasilitas seperti lampu dan keran air hilang diambil oleh tangan-tangan jail.
Baca juga: Terkesan Tidak Terawat, Dinas Pariwisata Klungkung Kekurangan Tenaga Urus Rest Area Goa Jepang
Baca juga: Rest Area Goa Jepang di Klungkung Terbengkalai, Bupati Suwirta Ubah Kewenangan Dinas
Baca juga: Dibangun Dengan Anggaran Ratusan Juta, Rest Area Goa Jepang di Klungkung Tidak Terawat
"Nanti kedepan saya minta untuk pemasangan beberapa unit CCTV di Rest Area Perbatasan Klungkung-Gianyar, sehingga lebih bisa diawasi. Karena saya menerima informasi, beberapa fasilitas tambahan seperti beberapa lampu, keran air malah hilang," jelas Suwirta, Senin 15 Maret 2021.
Ia pun meminta masyarakat untuk menumbuhkan rasa memiliki, terhadap setiap fasilitas umum yang ada.
Sehingga bisa ikut merawat dan menjaga fasum tersebut.
Upaya Pertanian Organik, Pemkab Klungkung Demplot Padi dengan Pupuk Kompos Olahan Sampah
Pemkab Klungkung melakukan demontrasi plot (demplot) padi, yang dipupuk dengan hasil olahan sampah.
Jika hasilnya sesuai harapan, Pemkab berencana akan mengembangkan pertanian organik di sekitar Kawasan TOSS Karangdadi, Desa Kusamba, Klungkung.
Demplot dilaksanakan di lahan seluas 26 are, di Dusun Karangdadi, Kusamba, Klungkung, Bali.
Masing-masing lahan ditanami padi, dengan pemberian pupuk berbeda, yakni pupuk osaki dan pupuk curah yang merupakan pupuk olahan sampah dari tempat olah sampah setempat (TOSS).
Lalu dibandingkan dengan lahan padi yang menggunakan pupuk kimia.
"Jadi upaya ini kami lakukan untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan pupuk organik dari olahan tempat olah sampah setempat, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia," ujar Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, Jumat 12 Maret 2021.
Dari hasil pemantauan pada padi berumur 90 hari, pertumbuhan padi dengan pupuk organik hampir sama dengan padi yang menggunakan pupuk kimia.
Hanya saja tumbuh sedikit gulma pada varietas padi yang menggunakan pupuk organik.
"Dari hasil pemantauan secara langsung, padi dengan pupuk organik ternyata tumbuh gulmanya. Tapi itu tidak terlalu banyak, sehingga belum mengganggu tanaman," jelas Suwirta.
Hanya saja pemantauan langsung itu belum bisa memberikan gambaran secara detail terkait dari hasil plot.
Hasil baru diketahui saat sudah panen, dan gabah telah ditimbang.
"Padi ini diperkirakan panen 15 hari kedepan. Dari sana kita lihat hasilnya, jika hasil gabah pupuk organik sama ataupun kurang sedikit dari pupuk kimia, tentu hasilnya bisa dikatakan baik," ungkap Suwirta.
Jika hasilnya ternyata bagus, nantinya Dinas Pertanian diminta berkoordinasi dengan petani setempat untuk membuat pertanian organik.
Semua pupuk untuk petani, nanti didapat cuma-cuma dari TOSS.
"Keuntungannya sebenarnya tidak hanya hasil pertanian yang sehat, karena organik. Tapi bagaimana kami bisa memanfaatkan olahan sampah di TOSS, sehingga penuntasan sampah juga bisa lebih maksimal," ungkapnya.(*).