Namun hal tersebut dibutuhkan kajian.
Selain itu, jika dilakukan pelebaran jalan, kata dia, pembebasan lahan sudah tidak memungkinkan.
"Beberapa tahun lalu kita sudah perbaiki kawasan berbahaya di sebelah timur. Memang kontur jalannya agak berbahaya. Untuk pembebasan lahan juga tidak memungkinkan lagi," ujarnya.
"Yang pasti bisa kami lakukan adalah pemasangan rambu, sedapat mungkin memberikan struktur keamanan," tandasnya.
Jadi Jembatan Maut di Ubud, Kadis PUPR: Saya Perintahkan Bidang Bina Marga Tinjau Jembatan Laplapan
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Gianyar merespon keprihatinan masyarakat terhadap kondisi jembatan Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, yang kembali merenggut korban jiwa.
Kepala Dinas PUPR Gianyar mengaku telah menurunkan Bidang Bina Marga untuk melakukan kajian terkait jembatan 'maut' tersebut.
Jembatan Laplapan merupakan penghubung antara Banjar Laplapan dengan Kawasan wisata Ubud.
Jembatan yang di bawahnya terdapat aliran Sungai Petanu ini setiap harinya digunakan warga Kecamatan Tampaksiring untuk menuju Ubud dan sebaliknya.
Di tengah ramainya lalu lintas, bahaya selalu menghantui kawasan ini, terutama ketika musim hujan.
Sebab, di atas jembatan terdapat tebing-tebing tanah. Ketika hujan, tanah tebing terkikis lalu materialnya menumpuk di areal jembatan.
Kondisi tersebut mengakibatkan jalan pada jembatan menjadi licin. Ditambah tumpukan tanah di atas jembatan tersebut juga digenangi air hujan.
Terlebih lagi, usai melewati jembatan, pengendara langsung dihadapkan dengan tanjakan terjal.
Pembatas jembatan pun kondisinya sudah rapuh dan sebagian telah rusak.
Berdasarkan data dihimpun Tribun-Bali.com, Jumat 19 Maret 2021, kasus terbaru dialami oleh warga Banjar Teruna, Desa Siangan, Gianyar, Bali.