Berita Denpasar

Penjualan Penjor Jelang Galungan Menurun, Bajet Penjor pun Berkurang Akibat Pandemi

Penulis: Putu Supartika
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pekerja bersiap mengirim pesanan hiasan penjor di Jalan Kepundung, Denpasar, Minggu 11 April 2021. Jelang Hari Raya Galungan di tengah pandemi, permintaan penjor mengalami penurunan.

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari Raya Galungan selalu identik dengan penjor yang terbuat dari bambu melengkung dan dihiasi ambu dan diisi aneka bahan upakara.

Penjual penjor maupun hiasan penjor pun mulai ramai bermunculan.

Akan tetapi, penjualan penjor saat ini tak seperti sebelum pandemi Covid-19.

Akibat pandemi penjualan penjor di Denpasar menurun hingga 50 sampai 60 persen.

Hal itu dituturkan oleh seorang penjual penjor di kawasan Jalan Kepundung, Denpasar, Made Mangku Budiarta.

Saat ditemui, Minggu, 11 April 2021, pemilik usaha Bale Bali Penjor ini mengaku penjualan menurun drastis akibat pandemi.

Hal ini diakibatkan banyaknya hotel dan rumah koskosan yang tidak beroperasi maksimal.

Baca juga: Sang Hyang Kala Tiga Mulai Turun ke Dunia, Begini Makna Penyekeban Galungan

“Penjualan saat pandemi ini tidak jelas, menurun keras sampai 50-60 persen, tidak seperti dulu. Banyak hotel-hotel maupun rumah kos-kosan yang tidak membeli penjor lagi,” katanya.

Ia mengatakan, jika sebelum pandemi pemilik kos-kosan bisa membeli 3 penjor, kini hanya satu penjor saja.

“Saya hidup dari langganan saja sekarang. Kalau tidak punya langganan sulit. Itu pun pesanan dari langganan berkurang. Dulu nyari 3 sekarang cuma satu,” katanya.

Sementara itu, untuk pesanan penjor Galungan sudah datang sejak H-10 Galungan. Biasanya pemesan akan banyak saat H-2 maupun H-1 Galungan.

Baca juga: Makna Memotong Babi Saat Penampahan Galungan Bagi Umat Hindu di Bali

Harga penjor yang dijual Mangku Budiarta bervariasi mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta, tergantung hiasan penjor tersebut.

Selain menjual penjor, ia juga menjual bahan dan hiasan penjor mulai dari bambu, sampian, kelapa hingga bakang-bakang.

Bambu penjor ia jual Rp 30 ribu perbatang, sampian penjor mulai dari Rp 15 ribu, bakang-bakang Rp 25 ribu.

Untuk membantu memenuhi pesanan, dirinya memiliki 5 orang karyawan tetap. Selain itu saat Galungan ia juga mempekerjakan tenaga lepas sebanyak 15 orang.

Pada Galungan kali ini, dirinya menyiapkan stok penjor sebanyak 300 batang. Para pelanggan Bale Bali Penjor tersebar di seputaran Kota Denpasar.

Bajet Penjor Menurun
Penurunan penjualan penjor juga dirasakan oleh pedagang hiasan penjor di Desa Kapal, Mengwi, Badung, Ni Wayan Sumadri (40).

Sumadri mengakui, perayaan hari raya Galungan di tengah pandemi covid-19 sangat berdampak besar.

Penjualan hiasan penjor tidak sebanding dengan Galung sebelum pandemi.

Ni Wayan Sumadri saat melayani pelanggan di tokonya di Jalan Raya Kapal, Mengwi Badung pada Kamis 8 April 2021. (Tribun Bali/Komang Agus Aryanta)

Ia menyebut, bajet orang membeli bahan penjor sebelum pandemi Covid-19 sampai Rp 300 ribu, sehingga mendapatkan bahan-bahan yang besar-besar dan bagus.

Kini, di tengah pandemi, bajet kebanyakan warga untuk penjor pun hanya sekitar Rp 150 ribu.

“Kalau dibandingkan sebelum pandemi memang mengalami penurunan. Saat ini penjualan tergolong sepi dan banyak yang mencari hiasan penjor yang sederhana,” ujar wanita asal Banjar Peken Baleran, Desa Kapal itu.

“Jadi dulu kan satu penjor, bisa menghabiskan Rp 300 ribu. Sehingga penjualannya juga lebih tinggi dibandingkan sekarang,” akunya.

Untuk diketahui, penjual hiasan penjor di Bali kini mulai ramai bermunculan menjelang Galungan.

Mereka menjual perlengkapan penjor mulai dari sampian, padi-padian, sampai janur.

Seperti halnya di sepanjang jalan Raya Kapal, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, yang dapat dikatakan sebagai sentra perlengkapan penjor di Badung. (sup/gus)

Berita Terkini