TRIBUN-BALI.COM, LONDON - Sorotan tajam terhadap peran monarki modern mulai muncul pascakematian suami Ratu Elizabeth II, Pangeran Philip pada 9 April 2021.
Wafatnya Duke of Edinburg, menjadi pengingat bahwa hampir 70 tahun pemerintahan pemimpin Monarki yang terpanjang dalam sejarah Kerajaan Inggris itu, sedang dalam masa terakhirnya.
Menurut para ahli, tatkala anak-anak dan cucu-cucu Ratu Elizabeth II meningkatkan tugas kerajaan mereka, transisi ke generasi berikutnya adalah waktu yang tidak stabil.
Hal ini dapat menimbulkan semacam turbulensi serta keraguan tentang relevansi nilai kerajaan di dunia pada abad ke-21 ini.
Baca juga: Empat Wanita Ini Berperan sebagai Penghibur Ratu Elizabeth II Setelah Pangeran Philip Wafat
Baca juga: Kisah Pangeran Philip dan Mobil Land Rover Kesayangannya, Dipakai Mengiringi ‘Perjalanan Terakhir
"Ini adalah akhir dari sebuah era dan pertanyaan atas kepemimpinan monarki dan yang lebih luas tentang peran monarki di Inggris abad ke-21 bisa muncul," kata David McClure, penulis buku "The Queen's True Worth: Unravelling the Public & Private Finances of Queen Elizabeth II."
David McClure mengatakan, kematian Pangeran Philip akan berdampak besar pada orang-orang yang mempertimbangkan kembali nilai monarki, bagi kehidupan Inggris dan sebagai institusi politik.
Ratu Elizabeth II memiliki peran formal sebagai kepala negara, kepala Gereja Inggris dan kepala angkatan bersenjata dan sebagai simbol yang kuat.
Ratu yang kini sudah sepuh, berusia 94 tahun, masih menjadi pemimpin yang memberikan pidato penetapan prioritas pemerintah Inggris pada awal tahun parlemen, dan secara formal menandatangani undang-undang di negara itu.
Lebih dari itu, Inggris bukan satu-satunya tempat Ratu Elizabeth II menjadi kepala negara.
Ratu Elizabeth II juga merupakan Ratu bagi Australia, Kanada, Selandia Baru dan beberapa negara kepulauan, serta kepala Persemakmuran Inggris.
Dia merupakan pemimpin dari asosiasi 54 negara, yang hampir semuanya pernah berada di bawah kekuasaan Inggris.
“Di tempat-tempat itulah transisi ke generasi berikutnya akan mulai menimbulkan banyak pertanyaan,” kata sejarawan Sarah Gristwood melansir NBC News.
"Monarki Inggris akan selalu menjadi yang paling rentan di tahun-tahun mendatang bukan hanya di Inggris, tetapi di Persemakmuran atau negara bagian lain yang saat ini mengakui Ratu Elizabeth sebagai kepala negara, tapi mungkin tidak ingin melakukan itu untuk selamanya," kata Gristwood, penulis "Elizabeth: The Queen and the Crown."
Pernyataan Pangeran Charles
Menurut Gristwood, pewaris takhta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles telah memberi sinyal itu.