“Sehari setelah Philip meninggal dalam usia 99 tahun, anak sulung pasangan itu, Pangeran Charles, dua kali merujuk ke Persemakmuran dalam pidato singkatnya mengenang sang ayah. Itu bukan kebetulan,” kata Gristwood.
Dukungan untuk monarki sebagai institusi tetap tinggi di Inggris. Lebih dari 60 persen dari mereka yang disurvei berpikir Inggris harus memiliki monarki di masa depan.
Demikian menurut hasil survei oleh YouGov pada Desember 2020.
Hanya 25 persen yang mengatakan Inggris harus memilih kepala negara. Di Australia, kritik lama terhadap monarki memandang transisi ke Raja berikutnya sebagai waktu untuk memutuskan hubungan.
"Setelah akhir masa pemerintahan Ratu, itulah waktunya bagi kami untuk mengatakan: OK, kami telah melewati batas,” kata mantan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, kepada Australian Broadcasting Corp pada Maret lalu.
Dia telah berkampanye untuk menyingkirkan Ratu Inggris atau nantinya Raja Inggris sebagai kepala negara negara itu.
"Apakah kita benar-benar ingin siapa pun yang kebetulan menjadi kepala negara, raja atau ratu Inggris, secara otomatis menjadi kepala negara kita?"
Sementara itu, di negara kepulauan Karibia Barbados, di mana Ratu Elizabeth juga menjadi kepala negara, Gubernur Jenderal Karibia mengatakan pada September 2020 atas nama pemerintahnya bahwa "waktunya telah tiba untuk sepenuhnya meninggalkan masa lalu kolonial kita" dan bahwa "orang Barbad menginginkan seorang Kepala Negara Barbadian.
Di Inggris Raya, meskipun peringkat jajak pendapat bangsawan tinggi, para pengkritik yakin bahwa pengganti Ratu akan meningkatkan resistensi terhadap institusi tersebut.
"Ketika orang berpikir tentang monarki, mereka berpikir tentang Ratu Elizabeth atau Pangeran Philip dan hubungan kembali ke masa lalu, perang dan sebagainya," kata Graham Smith, kepala eksekutif Republik, sebuah kelompok kampanye anti-monarki.
"Charles akan mewarisi takhta, tapi dia tidak akan mewarisi rasa hormat atau rasa hormat yang dimiliki ibunya."
Pakar Kerajaan Daisy McAndrew mengatakan hal itu tidak luput dari perhatian para bangsawan. Mereka memang sadar akan bahaya transisi dan sudah merencanakannya.
"Salah satu hal pertama yang direncanakan ketika Charles mengambil alih adalah tur 100 hari ke Inggris Raya, berkeliling ke seluruh negeri. Mereka akan mencoba menggemakan kabar penerimaan atas Raja Baru," katanya.
"Itu akan menjadi momen yang menentukan bagi Pangeran Charles untuk seluruh Inggris mendukungnya.
Seiring bertambahnya usia Sang Ratu, Pangeran Charles telah melakukan banyak tugas, termasuk perjalanan ke luar negeri.