Yang di dalamnya menjelaskan tentang petunjuk bagaimana tatacara Widhiwidana dilakukan oleh umat pada waktu-waktu tertentu.
Teks Sundarigama diperkirakan muncul pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel.
Ketika beliau didampingi penasehat spiritual dan keagamaan kerajaan. Yakni Danghyang Dwijendra.
Kemudian dalam naskah lontar Sundarigama dari Gria Gede Banjarangkan Klungkung, dijelaskan bahwa istilah Sundarigama berasal dari kata Sundar.
Baca juga: Sifat Seseorang yang Lahir Pada Wuku Sungsang Dalam Wewaran Hindu Bali
Ini berarti silih atau penerangan.
Guru besar Unud ini juga menjelaskan ihwal kata Gama.
Di mana dalam kamus besar Bahasa Bali berarti agama.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa Sundarigama adalah penyuluhan atau penerangan sempurna tentang ajaran suci.
"Ruang dan waktu merupakan bingkai yang di dalamnya seluruh realitas dihadapi," jelasnya.
Dalam pemikiran miris, ruang dan waktu tidak pernah dianggap sebagai bentuk murni atau bentuk kosong.
Ruang dan waktu ini dianggap sebagai daya kekuatan misterius dan maha besar.
Yang menguasai apa saja dan mengatur serta menentukan.
Tidak hanya hidup manusia yang fana. Tetapi juga hidup dewa-dewi.
Sundarigama dianggap kitab penerang sempurna tentang ajaran suci.
Sebab lontar ini memuat aturan-aturan tradisional yang suci dalam rangka pelaksanaan ibadat.