Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Secara tradisional disebutkan bahwa satu diantara jenis kitab Itihasa adalah Ramayana dan Mahabharata.
Kedua epos ini sangat terkenal, dan tidak termakan zaman. Bahkan sampai hari ini masih dikenal masyarakat dunia. Baik masyarakat beragama Hindu maupun non Hindu.
Dalam berbagai sumber yang dihimpun Tribun Bali, mempelajari kitab Itihasa harus dipilah.
Sebab di dalamnya ada mitos yang semata-mata bersifat mendidik, membina semangat patriotisme. Serta tujuan baik lainnya.
Baca juga: Berhubungan dengan Roh, Nyekah atau Mamukur dan Maknanya dalam Hindu di Bali
Ajaran idealisme yang ada pada kitab Itihasa, tentunya berpegang teguh pada ajaran Dharma. Termasuk sifat-sifat kepemimpinan.
Untuk itu, dalam mempelajari Weda agar lebih sempurna tentunya harus dibarengi dengan Itihasa, Purana dan lain sebagainya.
Mencari sumber kebaikan di setiap ilmu pengetahuan. Sebab Itihasa sendiri, adalah epos yang menceritakan sejarah, khususnya perkembangan raja-raja dari kerajaan Hindu di masa lampau.
Para ahli mengatakan, bahwa Itihasa dibagi menjadi tiga bagian yakni iti, ha, dan asa. Yang artinya sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya.
Satu diantara kisah epos Itihasa yang terkenal adalah Ramayana.
Kisah cerita Ramayana bahkan tersimpan, dalam bentuk relief-relief, bangunan candi, di pura yang ada di Jawa dan Bali. Sebagai wilayah dengan latar belakang Hindu pada masa lampau. Dan relief tersebut masih tersimpan hingga saat ini.
Kitab Ramayana adalah epos yang isinya menceritakan riwayat perjalanan Sang Rama atau Ramadewa.
Konon Rama adalah salah satu Awatara Dewa Wisnu.
Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Walmiki, sekitar tahun 500 Masehi.
Namun diperkirakan ceritanya telah populer di masyarakat sekitar tahun 3.100 sebelum Masehi.