TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Cerita sedih tentang sektor perekonomian terdampak pandemi Covid-19 seolah tak ada habis-habisnya.
Satu diantaranya bahan pangan yang biasanya memang dibeli setiap hari oleh masyarakat pun juga saat ini mengalami penurunan permintaan.
Sebagai contohnya, rumah produksi tahu yang berada di Jalan Nangka Utara Gang Sari Indah, Denpasar, Bali.
Ketika ditemui, pemilik usaha rumahan tahu tersebut yakni Sapriwan mengatakan, sudah hampir 24 tahun menggeluti usaha produksi tahu, kondisi pandemi Covid-19 ini yang paling menghantam usahanya.
Baca juga: Nur Mengadu Nasib dengan Bonsai, Jumlah Pedagang yang Gunakan Mobil Bertambah di Renon Denpasar
"Ini kondisi terparah, dibanding bencana dulu seperti bom Bali, lalu ada masalah formalin. Ini terparah, karena ini mendunia dan berlarut-larut," kata Iwan, panggilan akrab Sapriawan, Selasa 24 Agustus 2021.
Sebelum pandemi Covid-19, Iwan dapat mengolah kedelai 350 kg hingga 400 kg per hari untuk bahan baku tahu.
Namun saat ini ia hanya mengolah kedelai 150 kg hingga 200 kg.
Sementara untuk pendistribusiannya, Iwan hanya mengantarkan tahu ke Pasar Badung.
"Penjualan tahu saat pandemi ini sangat merosot. Lebih dari 50 persen. Kalau dulu sebelum pandemi bisa produksi antara 350 kg sampai 400 kg sehari. Sekarang 150 kg per hari. Itu pun kadang-kadang sisa. Distribusi di Pasar Badung saja," tambahnya.
Iwan mengatakan, saat ini permintaan tahu sedang berkurang, karena banyak pedagang kaki lima, rumah makan dan hotel tutup.
Jadi tidak ada permintaan dari mereka.
Sedangkan untuk bahan baku kedelai, Iwan menerangkan terdapat kenaikan harga.
"Asal kita berani terkait harga, kedelai itu ada. Dulu sebelum pandemi harga kedelai Rp 8 ribu sekarang hampir Rp 11 ribu. Apalagi sekarang kan karena pandemi, masyarakat jarang ke pasar. Jadi, ya omzet sangat turun. Tidak tentu, kadang-kadang sehari Rp 2 juta sampai Rp 3 juta," lanjut pria asal Lombok ini.
Baca juga: KISAH Pelarian Aryana Sayeed, Beyonce-nya Afghanistan Lolos dari Taliban Naik Jet Sampai ke Turki
Dampak pandemi ini juga membuatnya terpaksa merumahkan tiga karyawannya. Jadi saat ini Iwan hanya dibantu oleh tiga karyawan saja untuk memproduksi tahu. Iwan memproduksi tahu setiap hari. Jadi yang dijual di pasaran merupakan tahu baru.
"Saya produksi tiap hari, walaupun sedikit. Memang tahu tempe tergolong makanan murah, Rp 10 ribu sudah dapat untuk sekali makan satu keluarga. Tapi orang yang datang merantau ke Bali ini sekarang kebanyakan kembali ke kampung. Pelanggan-pelanggan nggak kelihatan," tandasnya.
(Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami)
Kumpulan Artikel Denpasar