Karena itu, pendapatan petani keramba pun merosot tajam.
“Ya itulah, akhirnya juga turun jauh. Tapi kami juga bisa melakukan fillet kerapu untuk nilai tambah dengan harga Rp 145 ribu, dan menjual ke Denpasar. Tapi saat ini Denpasar juga masih cukup sepi,” ungkapnya.
Agus menambhakan, untuk jenis kerapu yang dibudidayakan di Desa Candikusuma ini ialah kerapu cantang dengan pengembangan tekhnik hybrid.
Dan sudah berjalan sejak dua tahun sejak pandemi ini. Saat ini pihaknya tengah berupaya untuk dapat menstabilkan harga kerapu.
Supaya petani mendapat untuk dai setiap kali panen.
“Ada permintaan hidup, tapi hanya lima persen dari 40 ton itu. Dan itu pasar lokal. Bukan ekspor,” bebernya. (ang).