TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Palebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung dari Griya Gede Keniten, Sanur, Denpasar digadang-gadang sebagai palebon termegah kedua di Bali setelah Puri Ubud.
Dimana puncak palebon ini digelar pada Jumat, 8 Oktober 2021.
Dalam prosesnya, menggunakan padmasana atau bade setinggi 10 meter serta lembu setinggi 10 meter.
Dan lembu yang digunakan ini merupakan pemberian dari Puri Ubud sebagai bentuk upaya untuk mempertegas sejarah hubungan antara Puri Ubud dengan Griya Jro Gede dan Griya Gede Keniten Sanur.
Disebut sebagai palebon termegah kedua setelah Puri Ubud, Ida Bagus Gede Agung Sidharta Putra yang merupakan salah satu putra Ida Pedanda menyebut ini adalah bentuk bakti anak-anaknya kepada orang tua.
“Ini adalah bakti kita mempunya tokoh dan orang tua seperti beliau. Semua itu adalah milik beliau sehingga kami haturkan balik kepada beliau,” kata Ketua PHRI Denpasar ini.
Ia menambahkan, selain wujud bakti kepada orang tua, palebon ini juga digelar dengan penuh keikhlasan.
Sekaligus juga menghaturkan yang terbaik kepada orang tuanya untuk yang terakhir.
“Melihat antusias masyarakat dan semeton griya kami sangat bangga sekali. Ini menandakan ketokohan beliau yang sangat dihormati. Ini atas dasar ngayah dan tidak dibayar. Apalagi karakter beliau sederhana dan berwibawa,” katanya.
Untuk proses palebon ini sudah berlangsung sejak tanggal 12 September 2021 lalu, yakni upacara malelet.
Selanjutnya pada 6 Oktober 2021 digelar prosesi manah toya ning di Pura Belatri, di kawasan Pantai Matahari Terbit, Sanur.
Dan pada Jumat, 8 Oktober 2021 merupakan upacara puncak dari palebon ini.
Selama sebulan rangkaian palebon ini, melibatkan puluhan sulinggih.
Bahkan setiap satu prosesi melibatkan minimal lima sulinggih.
“Saat pelaksanaan saji tarpana biasanya ada dua, tiga, lima, bahkan tujuh sulinggih,” katanya.
Dan khusus untuk puncak palebon ini melibatkan sebanyak 7 orang pedanda baik dari pedanda Siwa maupun pedanda Budha.
Selaku yajamana karya yakni Ida Pedanda Gede Putra Kemenuh dari Griya Gede Kemenuh, Gianyar.
Usai melaksanakan pembakaran jenazah, abu dari Ida Pedanda kemudian dilarung di lau depan Griya Santrian.
“Kami tabur di depan Griya Santrian. Naik boat dari Pantai Sanur menuju ke sana. Kami tabur disana karena di sana ada pura beliau,” katanya.
Saat masih walaka, Ida merupakan tokoh pariwisata dan merupakan pionir pariwisata Bali dari Sanur, Denpasar.
Berbagai penghargaan telah Ida dapatkan terkait pengabdiannya dalam dunia pariwisata.
Gusde Sidarta menuturkan, saat masih walaka Ida bernama Ida Bagus Tjetana Putra.
Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung lahir di Sanur, 26 Mei 1934.
“Beliau adalah tokoh pariwisata Bali dari Sanur. Sanur merupakan pionir pariwisata di Bali dan beliau pionir pariwisata Sanur sehingga otomatis juga pionir pariwisata Bali,” kata Sidharta Putra.
Saat aktif di dunia pariwisata, Ida sempat menjadi ketua PHRI Bali pada tahun 1985 – 1995 dan sebagai Ketua Lions Club Bali pada tahun 1994 – 1995, termasuk ketua Yayasan Pembangunan Sanur.
Ida juga aktif dalam berbagai organisasi seperti PHRI Bali, Kadin Bali, PATA Bali, Apindo Bali, serta Lions Club International.
Juga menjadi founder dari Santrian Group yang bergerak dalam sektor perhotelan, restoran, serta properti.
Selanjutnya, Ida madiksa sebagai pedanda pada tahun 2009 lalu.
Selalu aktif bergerak dibidang adat dengan melakukan pembenahan beberapa pura, serta mengabdi kepada umat sesuai tugasnya sebagai pedanda.
Pada tahun 2019, Ida mendapat satya lencana dalam bidang pariwisata dari Presiden RI, Joko Widodo.
Atas pengabdiannya di bidang pariwisata, Ida juga mendapatkan banyak penghargaan yakni Penghargaan Karya Karana Pariwisata pada tahun 2005 dari Gubernur Provinsi Bali, Tri Hita Karana Award pada tahun 2002, “10 Eksekutif 1994” dari Jawa Pos Group, dan Penghargaan Lions International pada tahun 1995.
“Banyak lagi penghargaan yang dianugerahkan kepada beliau saat walaka dari pebisnis terbaik, penggerak sosial. Sekarang empat anaknya melanjutkan kiprah beliau,” katanya.
Ida Pedanda Nabe Gede Dwija lebar pada usia 87 tahun di Griya Gede Keniten.
Ida lebar pada Minggu, 28 Maret 2021 dan bertepatan dengan Purnama Kadasa pukul 16.00 Wita.
Ida meninggalkan seorang istri yakni Ida Pedanda Istri Agung Patni Ngenjung.
Juga empat orang putra, yakni Ida Bagus Ngurah Agung Kumbayana, Ida Bagus Gede Agung Sidharta Putra, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, dan Ida Bagus Agung Awatara Putra.
Baca juga: BREAKING NEWS - Puncak Palebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, Gunakan Bade Setinggi 16 Meter
Baca juga: UPDATE - Situasi Pelebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, Masyarakat Tumpah-ruah ke Jalan
Dari ke empat putra, Ida Pedanda Nabe Gede Dwija memiliki 15 orang cucu. (*)