Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali diguncang gempa dengan kekuatan 4.8 SR pada Sabtu 16 Oktober 2021.
Gempa ini terjadi saat Sasih Kalima bertepatan dengan Tumpek Wariga atau Tumpek Pengatag.
Disebutkan gempa ini merupakan pertanda baik menurut lontar Rogha Sanghara Bhumi.
Dosen Bahasa Bali Unud yang juga pegiat lontar, Putu Eka Guna Yasa mengatakan, berdasarkan lontar Rogha Sanghara Bhumi, gempa yang terjadi terus menerus atau titir saat sasih kapat dan kalima akan membawa kerahayuan.
Baca juga: GEMPA 4.8 SR Guncang Bali Saat Tumpek Wariga, Warga Berhamburan Keluar, Rumah & Pelinggih Rusak
“Dalam lontar disebutkan, jika terjadi sasih kalima yakni bulan Oktober – November sebagai pengatag atau pangundang Dewata. Dewata senang tinggal di bumi,” katanya.
Hal ini membuat karahayuan bagi bumi, apa yang ditanam akan tumbuh subur, serta pimpinan juga berhasil menunaikan tugasnya.
“Secara umum gempa yang terjadi sasih kapat – kalima pertanda kerahayuan jagat, dengan catatan gempa titir atau getaran gempa relatif kecil dan terus menerus,” katanya.
Sementara itu, gempa yang terjadi pada Tumpek Wariga ini juga merupakan sesuatu yang spesial.
Karena Tumpek Wariga ini erat kaitannya dengan pemuliaan tumbuhan atau tanaman.
“Karena bertepatan dengan Tumpek Wariga, sehingga pas. Karena Tumpek Wariga erat kaitannya dengan memuliakan tumbuhan, dan bersamaan dengan gempa artinya kita semua berharap segala yang ditanam akan tumbuh subur dan menghasilkan untuk kehidupan,” katanya.
Sementara itu, menurut budayawan Bali, I Ketut Sumarta, terkait gempa bumi ini salah satunya termuat dalam lontar Rogha Sanghara Bhumi.
Di mana gempa yang terjadi sasih kelima yakni bulan Oktober- November menandakan sebagai pengundang Dewata.
Para Dewa senang tinggal di Bumi.
Bumi akan mendapat kerahayuan, segala yang ditanam akan tumbuh subur dan berhasil, saphala sarwa tinandur.