Stok Babi Aman Sambut Galungan dan Kuningan, GUPBI: Konsumsi Daging Babi di Bali Kecil

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Editor: M. Firdian Sani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi peternakan babi. Stok Babi Aman Sambut Galungan dan Kuningan, GUPBI: Konsumsi Daging Babi di Bali Kecil

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Jelang perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, persediaan daging Babi masih aman.

Hal tersebut diungkapkan oleh, Ketua Gabungan Babi Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hary Suyasa. 

"Populasi masih rendah, populasi masih sekitar pasca wabah, ini asumsi tidak lebih dari 400 ribu ekor. Pada saat wabah perkiraan populasi turun sampai 90 persen mengacu pada Tabanan, Badung, Kodya, Gianyar, sebagai mayoritas penyedia babi di Bali," katanya pada, Jumat (5 November 2021). 

Hingga saat ini populasi babi berjumlah 40 persen dari populasi awal. Angka populasi yang kecil tersebut dilihat dari pergerakan pasar. Konsumsi daging babi di Bali sangat kecil. Terlebih pasca pandemi Covid-19, ekonomi seluruh masyarakat mengalami stagnan, daya beli lemah, pemasukan tidak ada, dan membuat serapan babi sangat kecil. 

"Ini kenapa hanya dengan 40 persen populasi, ketersediaan babi di Bali dikatakan sangat siap. Kedua, karena harga jual produksi, jika dikatakan populasi babi di Bali sedikit, otomatis harusnya harga jual babi mahal, tetapi fakta di lapangan harga babi justru turun," tambahnya. 

Jelang Galungan, Tingkat Konsumsi Daging Babi di Klungkung Masih Terpengaruh Kondisi Pandemi

Dua bulan terakhir harga babi sempat menembus harga Rp 36 ribu perkilogram, dengan ini peternak sudah mengalami kerugian sejumlah Rp 4 ribu perkilogram karena harga pokok produksi mereka Rp 40 ribu.

Dan sekarang harga babi tidak berubah, ini yang dianggap ada ketidakseimbangan terjadi.

"Ini yang mengakibatkan kemudian saya mencoba melakukan gerakan untuk memulihkan kondisi agar peternak menjelang hari raya ini sediki tersenyum. Dengan berharap harga babi ini tidak sampai Rp 45 ribu, yang terpenting sedikit di atas harga pokok produksi," sambungnya. 

Pihaknya pun berharap pemerintah bisa memberi perlindungan dan lebih peka, terhadap peternak babi.

Karena pada dasarnya sampai hari ini belum ada upaya pemerintah berkaitan dengan secara serius membantu restocking. 

"Karena ada hal yang saya takutkan selaku ketua GUPBI, adalah pulihnya pariwisata dan tidak diimbangi dengan pulihnya kondisi peternakan ini mengakibatkan nanti adanya kelangkaan daging babi dan ini sangat bahaya," tutupnya. (*) 

Ikuti berita terkini Tribun Bali

Berita Terkini