TRIBUN-BALI.COM - Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, berlarut-larut.
Kasus tewasnya Tuti Suhartini dan anaknya Amalia Mustika Ratu terjadi pada 18 Agustus 2021 lalu.
Ketika itu, jasad Tuti dan Amalia ditemukan tertumpuk bagasi mobil Alphard di halaman rumah, Dusun Ciseuti, Desa Jalancagak, Kabupaten Subang.
Warga setempat geger. Kasus tewasnya Tuti dan Amalia pun mendapat perhatian publik.
Hingga kini, setelah dua bulan lebih, kepolisian belum juga berhasil mengungkap pelaku pembunuhan ibu dan anak di Subang itu.
Belakangan, tersiar kabar kasus tersebut sulit terungkap karena TKP rusak.
Benarkah TKP kasus Subang diacak-acak?
Dokter Forensik Kombes Sumy Hastry Purwanti, dalam sebuah tayangan video di Instagram Forensic UI berjudul Live Forensik Talk, Kasus Pembunuhan Subang kok lama banget yang diunggah pada Minggu (7/11/2021), menyinggung hal tersebut.
Di video tersebut, kriminolog Adrianus Meliala menanyakan pada Kombes Sumy Hastry Purwanti soal kualitas polisi di Jabar yang secara umum lebih jago dibanding dari di luar Jawa.
Namun, di kasus Subang, polisi di Jabar belum bisa ungkap kasus perampasan nyawa Amalia dan Tuti.
Menanggapi pertanyaan Adrianus Meliala, Kombes Sumy Hastry Purwanti membantahnya.
Berdasarkan pengalamannya, banyak dokter forensik di daerah yang berkualitas dan jago ungkap kasus.
Bahkan, kata dia, banyak Kasatreskrim lulusan PTIK yang pintar dan cerdas ungkap kasus.
"Tapi enggak banyak orang, enggak banyak masyarakat masuk TKP sehingga mereka aman (bisa ungkap kasus)," ucap Kombes Sumy Hastriy Purwanti.
Adrianus Meliala kemudian menanyakan kembali soal faktor lain di luar polisi yang membuat pengungkapan kasus jadi rumit.