Serba serbi

Kisah Dewi Uma Menjadi Durga hingga Terwujud Simbol Barong dan Rangda

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi rangda dan pakudannya.

Setelah kepergian Dewi Uma, tentu saja Dewa Siwa merasa rindu dan kesepian. 

Dewa Siwa yang hendak turun ke dunia, melihat Durga dilarang oleh para dewa.

Guna menghindari agar para dewa tidak tahu, maka Dewa Siwa berubah menjadi raksasa.

Tak lama kemudian, Dewa Siwa bertemu dengan Dewi Uma dalam wujudnya sebagai Durga.

Keduanya bertemu dan saling bercengkrama, dalam wujud Durga dan raksasa.

Pertemuan suami istri ini, membuat kama Dewa Siwa dalam bentuk raksasa keluar.

Kama yang jatuh ke tanah menjadi beberapa macam kayu, di antaranya kayu pule, kepah, kepuh, dan kayu jaran. 

Sedangkan kama yang jatuh di tubuhnya, menjadi beberapa makhluk seperti bengala-bengali, bhuta-bhuti, leak, dan sebagainya.

Untuk itulah, karena hadirnya makhluk seram ini yang membuat kuburan menjadi seram dan angker.

Sehingga kuburan lah yang paling cocok dipakai lokasi ngereh. 

Kemudian lahirlah bisama untuk manusia, di mana isinya agar kuburan tempat beliau bercengkrama disebut Prajapati.

Hingga kini pura ini disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali, dan menjadi tempat memohon agar terhindar dari malapetaka.

Perwujudan Dewa Siwa dalam wujud raksasa, serta Dewi Uma dalam wujud Durga disimbolkan dengan patapakan barong dan rangda. 

Hal ini dibenarkan oleh Komang Gases. Dosen FKIP UPMI ini, menjelaskan bahwa kuburan adalah tempat suci di Bali.

Dan merupakan tempat paleburan, serta tempat peristirahatan terakhir dari setiap umat manusia.

Halaman
123

Berita Terkini